News Ticker

Pihak SMANSA Bantah Lakukan Kekerasan terhadap Siswa

Pasca pemberitaan sebelumnya tentang adanya dugaan kekerasan yang dilakukan oleh guru mata pelajaran Biologi di SMA Negeri 1 (SMANSA) kecamatan Tanimbar Selatan, kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB) terhadap YM, salah satu siswi kelas 3 maka pihak sekolah akhirnya mengklarifikasi tudingan tersebut.
Share it:
Kepala SMANSA Tanimbar Selatan, Anakletus Dasfamudy 
Saumlaki, Dharapos.com 
Pasca pemberitaan sebelumnya tentang adanya dugaan kekerasan yang dilakukan oleh guru mata pelajaran Biologi di SMA Negeri 1 (SMANSA) kecamatan Tanimbar Selatan, kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB) terhadap YM, salah satu siswi kelas 3 maka pihak sekolah akhirnya mengklarifikasi tudingan tersebut.

Kepala SMANSA Tanimbar Selatan, Anakletus Dasfamudy  yang ditemui di ruang kerjanya, Sabtu (18/11) menjelaskan bahwa awalnya pihak sekolah merasa dirugikan dengan pernyataan dari siswa dan pihak keluarga di media online dan media elektronik termasuk di media sosial (facebook) karena penjelasan mereka tidak sama dengan kejadian yang sebenarnya.

“Kami merasa dirugikan karena nama sekolah ikut tercemar. Padahal persoalan tersebut hanya sepele dan tidak seperti yang diceritakan,” katanya.

Dasfamudy menambahkan, saat itu dirinya meminta untuk persoalan ini diproses hukum namun karena telah dilaporkan terlebih dahulu oleh keluarga siswa di pos Polsek Tanimbar Selatan (Polsek Tansel) maka pihak Polsek menindaklanjuti laporan tersebut hingga adanya kesepakatan kedua belah pihak untuk menyelesaikan persoalan tersebut secara kekeluargaan.

Penyelesaian tersebut di mediasi oleh Wakil Kepala Kepolisian Tansel di ruang rapat SMANSA yang dihadiri oleh seluruh dewan guru, pihak komite sekolah maupun siswa dan keluarganya, termasuk Anggota DPRD MTB Wan Lekruna,Kamis (16/11).

“Dalam mediasi itu Pak Wan menyampaikan permohonan maaf atas segala salah ucapnya, setelah itu Ketua Komite sekolah mendamaikan anak ini dengan ibu Rumyaru dan dengan hati seorang mama, anak ini diterima,” tutur Helberth Wahailatwan, salah seorang guru yang mendampingi Kepsek saat itu.

YM, kata dia, telah kembali belajar dengan baik dan berkumpul bersama dengan rekan-rekannya, sementara kedua belah pihak sudah saling memaafkan.

“Kejadian ini sebagai dasar untuk para pihak saling mengevaluasi diri,” tandasnya.

Sebelum persoalan ini dimediasi oleh pihak Polsek Tansel, guru mata pelajaran Biologi, Ny. Kornelia Rumyaru mengklarifikasi persoalan tersebut kepada sejumlah wartawan yang mendatangi sekolah itu.

Rumwaru membantah bahwa tidak pernah menyuruh siswa-siswi di kelas untuk melemparkan YM keluar dari jendela seperti penuturan yang bersangkutan pada pemberitaan sebelumnya.

"Ada beberapa alasan kenapa saya tidak mengizinkan siswi tersebut keluar beli obat, karena yang pertama sudah pernah terjadi dan berulang kali setiap tahun itu ada siswa selalu mati bunuh diri karena obat. Kalau seandainya dia minta izin karena sakit maka saya pasti kasih izin dia pulang, tapi dia minta izin mau beli obat makanya saya tidak mau,” bebernya.

Selanjutnya itu kehadiran YM sangat memprihatinkan. Dari total 19 kali tatap muka selama ini, baru 6 kali tatap muka yang dihadirinya sementara mata pelajaran Biologi adalah mata pelajaran pilihan YM untuk ujian nasional.

Selain itu sesuai aturan sekolah, siswa yang kehadirannya di bawah 80 persen tidak diperbolehkan mengikuti Ujian Semester dengan demikian atas dasar itulah YM tidak diperbolehkan keluar pada jam belajar.

"Waktu dia minta izin, saya tidak izinkan dan saya minta dia duduk sampai saya selesai mengajar dulu baru bisa pergi beli obat. Namun YM sudah duduk sambil tertunduk di meja, lalu saya panggil YM  kalau kamu sakit, ambil tas dan pulang, tapi dia juga tidak gubris, sampai saya ulangi, YM kalo kamu sakit ambil tas lalu pulang atau saya tendang kamu,” katanya sembari memperagakan situasi saat itu.

Selang beberapa waktu kemudian, ada guru jaga dan pihak keamanan sekolah datang bergantian menginformasikan kepadanya jika orang tua YM sedang mengamuk di depan kantor.

Rumyaru akhirnya menemui orang tua YM  dan sempat terjadi adu mulut hingga akhirnya dihentikan oleh Wakil Kepala Sekolah bidang sarana dan menyuruh orang tua YM untuk meninggalkan sekolah.

Setelah keluar dari pintu pagar, ibu YM masih mengancam guru-guru yang lain dan mengatakan ‘kalian tunggu su mau naik ojek ini’, sehingga para guru lantas menertawakannya dan bukan menertawakan YM.

“Selain itu saya tidak pernah menyuruh teman-teman YM  untuk lempar dia keluar dari kelas, saya hanya bilang tendang dia,” pungkasnya.

(dp-18)
Share it:

Daerah

Masukan Komentar Anda:

0 comments:

terima kasih telah memberikan komentar

Berita Pilihan Redaksi