News Ticker

Kekeringan Ancam Sawah Petani Di Waetoso

Belasan hektar areal persawahan petani di Dusun Waetosos Desa Piru Kecamatan Seram Barat Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB), terancam kekeringan akibat musim kemarau.
Share it:
Ilustrasi sawah kering
Piru, Dharapos.com
Belasan hektar areal persawahan petani di Dusun Waetosos Desa Piru Kecamatan Seram Barat Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB), terancam kekeringan akibat musim kemarau.

"Musim kemarau tahun ini nampaknya paling parah dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, ini bisa dilihat sedikit air tersedia pada saluran irigasi di sini. Padahal musim kemarau baru dua bulan berjalan. Dulu, biar kemarau sampai tiga bulan air di saluran irigasi tetap tersedia," kata Suprapto salah seorang petani di Waetoso, di Piru.

Penyebabnya, kata dia, karena debit air di saluran irigasi yang berasal dari sungai Kawa itu, saat ini turun drastis dan hanya mampu mengairi beberapa sawah di bagian depan saja.

Padahal, di kawasan persawahan saluran irigasi di Waetoso tersebut, setidaknya terdapat belasan hektar sawah, sehingga berakibat tanaman yang sudah berumur satu bulan terancam kekeringan dan gagal panen.

“Tanaman saya mencapai satu hektare ditanami padi, saat kondisi panen normal bisa menghasilkan 30 kaleng beras dengan per kaleng seberat 16 kilogram, atau secara keseluruhan berjumlah 440 kilogram. Beras ini selanjutnya dijual ke pedagang beras atau penggilingan seharga Rp 130.000 per kaleng,” cetusnya.

Kendati Suprapto menggulitinya profesi taninya sudah bertahun-tahun, dan sampai sekarang belum memberikan peningkatan kesejahteraan, namun dirinya tidak mau berhenti menanam padi.

Beberapa petani lainnya yang lahan persawahannya mengalami kekeringan sudah mengalihkan ke tanaman
sayur-sayuran, dan ada pula yang sudah menjadikan areal persawahannya untuk taman lainnya.

Dia berharap, agar musim kemarau dapat segera berakhir, sehingga tanaman padi miliknya yang baru berumur satu bulan bisa tumbuh subur sampai berumur dua bulan saat malai padi mulai berbuah atau masa bunting padi.

"Saat ini saya cuma bisa berdoa semoga hujan cepat turun, karena tanaman padi yang baru ditanam sampai umur dua bulan sedang butuh air yang banyak. Kalau kering begini, nanti buahnya banyak yang hampa dan mudah diserang penyakit," ujarnya.

Ia tambahkan, jika hal ini biarkan tanpa ada solusi atau bantuan dari Pemerintah Daerah dalam waktu dua minggu atau satu bulan, tanaman padi milik petani di Waetoso akan terancam mati.

(dp-26)
Share it:

Daerah

Masukan Komentar Anda:

0 comments:

terima kasih telah memberikan komentar

Berita Pilihan Redaksi