News Ticker

Warga Bomaki tangkap seekor buaya dengan peralatan seadanya

Masyarakat desa Bomaki, kecamatan Tanimbar Selatan, Kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB) akhirnya berhasil menangkap seekor buaya pada perairan laut desa itu, Sabtu (17/2).
Share it:
Buaya sepanjang 4.2 meter yang berhasil ditangkap warga Bomaki
Saumlaki, Dharapos.com 
Masyarakat desa Bomaki, kecamatan Tanimbar Selatan, Kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB) akhirnya berhasil menangkap seekor buaya pada perairan laut desa itu, Sabtu (17/2).

Empat orang warga yang berhasil menangkap buaya tersebut masing-masing Kaitanus Fenanlampir, Elis Mitakda, Riki Walubun dan Yanto Fenanlampir.

Keterangan warga kepada Dhara Pos menyebutkan, para penangkap buaya ganas ini hanya menggunakan peralatan seadanya, yakni tali ukuran 8 mili meter sepanjang 1 meter, tali baja atau tali sleng ukuran 3 mili meter sepanjang satu meter, kail nomor satu dan umpan yang terbuat dari daging babi segar.

Butuh waktu yang cukup lama untuk dapat melumpuhkan hewan predator  sepanjang 4,2 meter dan lebar 60 cm ini, namun dengan upaya yang keras meski penuh risiko, masyarakat setempat berhasil melumpuhkan buaya tersebut.

“Tepatnya pukul 01.00 WIT dinihari, mereka berupaya menangkap buaya dan akhirnya berhasil dibantu oleh aparat Satua Polisi Perairan, TNI AL dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah MTB. Buaya itu diikat dan di bawah ke alun – alun Desa Bomaki dalam keadaan sudah mati,” urai sumber.

Sesuai pantauan, masyarakat dari sejumlah tempat termasuk dari Kota Saumlaki, sempat mendatangi desa Bomaki untuk melihat bangkai buaya yang diletakkan di alun-alun desa.

Tak hanya melihat, namun para pengunjung juga menggunakan momen tersebut untuk berfoto dengan bangkai buaya tersebut.

Buaya ganas itu akhirnya dikuburkan di desa itu, setelah Bupati Petrus Fatlolon bersama istrinya dan sejumlah pimpinan Satuan kerja perangkat Daerah (SKPD) datang menyaksikan.

Seperti diketahui, serangan buaya ganas di wilayah itu hingga kini masih meresahkan warga.

Sejumlah pihak menilai Pemerintah Daerah Kabupaten MTB terkesan lamban mengatasi serangan buaya ganas yang telah menyerang belasan warga masyarakat disejumlah wilayah itu secara masif selama kurun waktu lima tahun terakhir.

Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) MTB belum lama ini mengatakan ada dua belas korban gigitan buaya semenjak tahun 2014 lalu, dimana tujuh orang dinyatakan meninggal dunia, sedangkan lima orang lainya mengalami luka serius dan sempat dirawat di RSUD dr. PP. Magretti Saumlaki.

Informasi yang baru saja dirilis awal November itu kemudian mengalami lonjakan, dimana dalam dua pekan terakhir terjadi tiga kali kejadian gigitan buaya yakni satu kejadian di kecamatan Wuarlabobar, dan dua kejadian di Kecamatan Wermaktian dimana satu korban meninggal dunia yakni di desa Batu Putih.

Selain di wilayah perairan desa Bomaki, sejumlah wilayah lain juga rawan dengan serangan buaya ganas yakni perairan laut desa Latdalam, teluk Saumlaki yakni meliputi wilayah laut kota Saumlaki, desa Sifnana, dan desa Lermatan di kecamatan Tanimbar Selatan serta wilayah laut desa Ridool kecamatan Tanimbar Utara, kecamatan Wermaktian dan Wuarlabobar.

Bupati MTB, Petrus Fatlolon yang ditemui belum lama ini menyatakan bahwa pihaknya telah mengambil langkah dengan membentuk Tim penanganan buaya dan kini sedang dalam rencana untuk menghadirkan ahli penanganan buaya dari luar daerah MTB.

“Memang kita tau bahwa sudah hampir dua puluh orang yang menjadi korban atas gigitan buaya, dan itu terjadi dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Karena itu Pemkab telah berinisiatif mengundang
Forkopimda dan melakukan pembahasan dengan dengan SKPD teknis. Kita telah bersepakat membentuk tim dimana tim itu melibatkan unsur TNI-Polri serta Badan Penanggulangan Bencana dan kita akan cek sejauhmana progress dari pembentukan tim tersebut”katanya.

Dia menjelaskan bahwa ahli penanganan buaya itu saatnya akan melakukan pemantauan dan kemudian menginventarisir dimana persisnya buaya berada. Setelah itu Tim tersebut akan menyampaikan konsep penanganannya kepada Pemkab untuk disikapi.

Selain itu, pemkab juga berencana mengundang tokoh-tokoh adat dari sejumlah desa  untuk membincangkan kejadian yang terus menelan korban itu, dalam beberapa waktu mendatang.

“Pendekatan adat nanti kita akan lakukan karena ada riwayat juga kalau ternyata ada beberapa soa di Tanimbar ini yang asal-usulnya dari buaya”kata dia.

Bupati Petrus juga menghimbau kepada masyarakat untuk terus mewaspadai lokasi-lokasi yang diduga menjadi habitat buaya sehingga tidak terjadi hal-hal di luar dugaan.

(dp-18)
Share it:

Daerah

Masukan Komentar Anda:

0 comments:

terima kasih telah memberikan komentar

Berita Pilihan Redaksi