News Ticker

Astaga, 2 Siswa SD Naskat 1 Dobo Jadi Preman Sekolah

Sungguh menyedihkan, begitulah kondisi yang ditunjukkan dua orang bocah yang sementara menempuh pendidikan pada salah satu sekolah dasar di Kabupaten Kepulauan Aru.
Share it:
Ilustrasi siswa SD jadi preman
Dobo, Dharapos.com
Sungguh menyedihkan, begitulah kondisi yang ditunjukkan dua orang bocah yang sementara menempuh pendidikan pada salah satu sekolah dasar di Kabupaten Kepulauan Aru.

Istilah preman yang sering terdengar bahkan terlihat pada tayangan-tayangan di media elektonik menjamur di kota-kota besar.

Namun, kini sudah mulai merambah di kota-kota kecil seperti Dobo, ibukota Kepulauan Aru. Bahkan parahnya lagi, aksi premen tersebut ditunjukkan kedua bocah dimaksud.

Keduanya masing-masing berinisial IB dan EB yang saat ini bersekolah di SD Naskat 1 Dobo dan baru duduk di bangku kelas 3 telah berani berlaku bak preman di sekolah tersebut.

Keduanya terbukti nekat melakukan aksi penganiayaan terhadap MT (7) teman sekelasnya.

Perbuatan IB dan EB sudah kerap kali dilakukan, namun pihak keluarga MT masih bertoleransi dan menyerahkan permasalahan tersebut ke pihak sekolah untuk menanganinya.

Namun sayangnya, pihak sekolah beralasan bahwa ayah dari kedua anak pelaku penganiayaan terhadap MT adalah seorang pejabat daerah sehingga mereka takut memberikan sanksi.

Merasa tak puas dengan sikap pihak sekolah, IT orang tua dari MT yang kini menjabat sebagai Sekretaris Camat di Kecamatan Marlasi angkat bicara.

Kepada media ini, baru-baru ini, ia menuturkan sikap para guru SD Naskat 1 Dobo yang begitu takut memberi teguran bahkan sanksi kepada IB dan EB dengan alasan orang tua anak tersebut adalah seorang
pejabat daerah.

“Kalau anak seorang pejabat daerah ketika melakukan penganiayaan lalu dibiarkan begitu saja, maka semua anak-anak orang miskin akan jadi tumbal kejahatan anak-anak pejabat,“ kecamnya.

Lebih lanjut, IT menegaskan, walaupun orang tua dari IB dan EB adalah seorang pejabat, bukan berarti keduanya kebal aturan.

“Kalau memakai atas nama pejabat, saya ini Sekretaris Camat Marlasi, Aru Utara. Jadi kita sama-sama pejabat,” tegasnya.

Olehnya IT meminta pihak Pemerintah Daerah agar segera menyikapi permasalahan ini secara arif dan bijaksana sehingga sikap dan tindakan klasifikasi oleh pihak sekolah terhadap para murid yang ada di sekolah tersebut tidak sampai terjadi.

“Untuk apa Pemerintah menginstruksikan setiap sekolah menggunakan pakaian seragam. Seragam merupakan  simbol kesamaan kedudukan diantara para pelajar. Jadi, jika seragam saja sudah ada pilah-pilah antara anak pejabat dan anak orang petani atau nelayan, maka lama-kelamaan preman sekolah akan tumbuh bagaikan jamur di musim hujan,” cetusnya.

(dp-31)
Share it:

Pendidikan

Masukan Komentar Anda:

0 comments:

terima kasih telah memberikan komentar

Berita Pilihan Redaksi