News Ticker

Tenun Ikat Tanimbar Resmi Jalani Promosi di Jepang

Tanimbar atau yang sekarang dikenal sebagai Kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB), memiliki kain tradisional tenun ikat.
Share it:
SKK Migas, INPEX dan Pemda MTB dengan menggandeng desainer Wignyo Rahadi, melakukan berbagai  terobosan dalam pemasaran, salah satunya dengan melakukan promosi di Jepang
Saumlaki, Dharapos.com
Tanimbar atau yang sekarang dikenal sebagai Kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB),  memiliki kain tradisional tenun ikat.

Motif dan warna tenun Tanimbar cukup beragam dengan mayoritas berciri garis diselingi dengan corak yang umumnya di adaptasi dari alam dan aktivitas sekitarnya.

Tenun ikat Tanimbar dihasilkan oleh para pengrajin tenun perempuan yang berusia tak muda lagi, dengan
jumlah penenun yang semakin sedikit.

Namun, semenjak beberapa tahun terakhir kembali digenjot dengan upaya berbagai pihak seperti SKK Migas, INPEX dan Pemerintah Daerah MTB dengan menggandeng desainer Wignyo Rahadi, dan salah satu terobosan pemasarannya, kini sedang dipromosikan di Jepang.

Dalam siaran persnya yang diterima redaksi Jumat (7/4), Wignyo Rahadi,  desainer dan owner brand Tenun
Gaya menjelaskan bahwa aktivitas menenun semakin banyak ditinggalkan seiring dengan anggapan bahwa tenun ikat tak lagi memberikan peluang ekonomi yang menjanjikan.

Kondisi inilah yang membuat tenun Tanimbar  terbilang kurang dikenal secara luas dibandingkan dengan tenun ikat dari daerah lain.

Untuk itu, INPEX, perusahaan minyak dan gas Jepang yang beraktivitas di Tanimbar,  tergerak membangkitkan kembali tradisi setempat melalui program investasi sosial atau Corporate Social
Responsibility (CSR)-nya dengan menggandeng desainer Wignyo Rahadi untuk melakukan revitalisasi terhadap tenun Tanimbar.

“Pelatihan pengembangan tenun Tanimbar  ditujukan untuk melestarikan kearifan local tersebut agar punya daya pakai dan daya jual lebih tinggi sehingga dapat mengikuti dinamika era yang semakin modern dan dikenal secara luas,”katanya.

Sejak tahun 2015, Wignyo Rahadi melakukan pendampingan terhadap para perempuan pengrajin tenun di
Tanimbar untuk mengembangkan tenun Tanimbar yang semula tampak kaku, terasa berat, dan warna yang rentan luntur menjadi lebih ringan, lembut, dan tidak luntur sehingga lebih nyaman dikenakan, tanpa meninggalkan motif tradisi yang menjadi identitasnya.

Sehingga tenun Tanimbar yang  awalnya hanya dibuat dan dipasarkan dalam bentuk kain sarung, kini menjadi kain tenun yang siap digunakan sebagai ragam produk  fashion.

Program pengembangan tenun Tanimbar antara lain dengan pelatihan pewarnaan, penggunaan benang dengan kualitas lebih baik, penerapan teknik tenun dengan alat tenun  ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) untuk melengkapi alat tenun gedogan, dan eksplorasi desain  motif.

Seperti dalam hal warna, tenun Tanimbar yang awalnya hanya terpaku pada warna gelap seperti coklat, hitam, merah, dan biru tua, kini dikembangkan dengan pilihan warna terang.

“Program pengembangan tenun yang telah dilakukan oleh INPEX  bersama desainer Wignyo Rahadi telah menjadi inspirasi bagi pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara Barat,  khususnya Kepala Dinas Koperasi dan UKM ibu Elizabeth  Werembinan untuk melanjutkan pelatihan dengan program TOT, yakni mengirim 6 pengrajin untuk belajar tenun ATBM selama 2 bulan di workshop Tenun Gaya di Sukabumi - Jawa Barat,” katanya.

Pembinaan secara berkelanjutan tersebut mampu meningkatkan kreativitas dan kompetensi penenun di Tanimbar.

Hasil pengembangan tenun Tanimbar pun telah dilirik oleh kalangan desainer untuk diaplikasikan dalam bentuk ready to wear.

Bahkan motif tenun Tanimbar pun telah terpilih sebagai salah satu busana seragam yang digunakan oleh Presiden Jokowi dan para jajaran kabinetnya.

Dikatakan, karena terinspirasi pakaian tradisi Jepang, dirinya mempersembahkan koleksi rancangan yang mengadaptasi model kimono, hakama, dan obi dengan tema “Metamorphoseast”.

Rancangan tersebut menggunakan material tenun Tanimbar, dimana hasil pengembangan yang mengangkat motif Ulerati ini untuk pertama kalinya ditampilkan di panggung internasional melalui fashion show di Tokyo, Kamis, 6 April 2017.

"Fashion show dengan mengangkat tenun Tanimbar ini merupakan hasil kolaborasi Pemda  MTB, Tenun Gaya Wignyo Rahadi, KBRI Tokyo, dan INPEX  untuk mempromosikan tenun tradisi masyarakat Tanimbar ke khalayak dunia dan Jepang khususnya. Oleh karenanya saya memadukan motif Ulerati dari Tanimbar dengan gaya pakaian tradisional Jepang di fashion show ini," ujar Wignyo.

Acara fashion show ini sukses dihadiri sekitar 100 orang dari komunitas Jepang, negara- Negara sahabat lainnya dan komunitas Indonesia di Tokyo yang bergerak di bidang tekstil, fashion, budaya dan pariwisata serta penasaran dengan budaya tenun Tanimbar dengan berbagai motifnya.

Wingyo menjelaskan pula bahwa motif Ulerati yang bermakna ulat kecil, selain memiliki karakter yang kuat, juga mengandung filosofi kecintaan masyarakat Tanimbar  terhadap lingkungan hidup dan apresiasi terhadap metamorfosa yang dialami oleh ulat sebagai bagian dari proses alami kehidupan.

Motif ini berupa barisan ulat-ulat kecil menyerupai garis panjang menerapkan teknik pengerjaan yang terbilang sulit dan membutuhkan waktu cukup lama.

Tenun Tanimbar yang terbuat dari bahan katun dan sutera dalam dominasi warna biru dikombinasi dengan warna perak dan abu-abu yang elegan.

(dp-18)
Share it:

Berita Pilihan Redaksi

Masukan Komentar Anda:

0 comments:

terima kasih telah memberikan komentar

Berita Pilihan Redaksi