News Ticker

Belum Ada Dana Operasional, Sejumlah Kapal Perintis Di Saumlaki Tak Berlayar

Pelayaran sejumlah trayek kapal perintis di Maluku yang dikelola PT. Pelni khususnya yang berhome base di Saumlaki, terhitung sejak awal Januari 2016 hingga kini belum beroperasi secara normal seperti yang direncanakan.
Share it:
Suasana bongkar muat di pelabuhan Saumlaki,
dimana sejumlah kapal Sabuk Nusantara
dan KM. Wetar sementara berlabuh
di balik kapal barang yang
sedang bongkar muat
Saumlaki, Dharapos.com
Pelayaran sejumlah trayek kapal perintis di Maluku yang dikelola PT. Pelni khususnya yang berhome base di Saumlaki, terhitung sejak awal Januari 2016 hingga kini belum beroperasi secara normal seperti yang direncanakan.

Padahal, kapal-kapal tersebut selama ini sangat diandalkan masyarakat khususnya bagi para penumpang antarpulau seperti di sejumlah kabupaten di Pulau Seram, Kabupaten Maluku Barat Daya (MBD), Maluku Tenggara Barat (MTB) dan Maluku Tenggara, serta kabupaten lainnya di Maluku.

Kondisi ini menuai keluhan warga yang hendak bepergian dengan menggunakan sejumlah armada tersebut.

William, salah satu warga kota Saumlaki kepada Dhara Pos mengaku kecewa dengan sejumlah armada yang disubsidi pemerintah tersebut, namun belum beroperasi hingga saat ini.

Kebutuhannya untuk bepergian ke Tiakur (Ibu kota Kabupaten MBD – red) sudah beberapa kali ini dia hentikan, oleh karena masih terkendala dengan sulitnya transportasi laut.

“Memang ada transportasi laut yang berlayar ke sana, hanya saja kalau sesuai beta punya hitungan, itu nanti seng bisa pas dengan waktu. Lalu katong bingung juga dengan kapal-kapal perintis yang masih berlabuh di pelabuhan Saumlaki ini, sampai kapan dong bisa berlayar,” tanyanya.

Menjawab pertanyaan warga itu, Kepala PT. Pelni sub Cabang Saumlaki, Andi Ramdhan saat dimintai komentarnya di Saumlaki, menjelaskan bahwa di wilayah kerjanya, ada dua Kapal Sabuk Nusantara yang ditempatkan untuk melayani warga yakni Sabuk Nusantara 34, dan 41 ditambah KM. Wetar.

Ramdhan mengakui, bahwa hingga saat ini, pelayaran 3 armada tersebut belum normal, oleh karena sejumlah persoalan seperti belum ada kucuran dana untuk biaya pengisian bangker atau bahan bakar maupun dana operasional lainnya, termasuk ada juga kerusakan kapal yang masih ditangani serius.

“Proyek satu untuk KM. Sabuk Nusantara 41 itu sudah jalan, namun sekarang ini masih berlabuh di pelabuhan Saumlaki karena kami belum menerima dana, termasuk informasi tentang persetujuan penggunaan dana untuk BBM. Sementara KM. Wetar saat ini masih mengalami kerusakan mesin, jadi belum bisa beroperasi,” akuinya.

Sebagaimana data, KM. Sabuk Nusantara  41 voyage 01 2016 melayani pelabuhan Saumlaki, Molu, Larat, Ambon, Ambalau, Namrole, Leksula, Namrole, Ambalau, Ambon, Larat, Tutukembong, Saumlaki, Kroing, Marsela, Tepa, Moa,Leti, Kisar, Lerokis, Kisar, Leti, Moa, Tepa, Marsela, Kroing dan kembali ke Saumlaki.

Dikatakan, persoalan ini telah diajukan kepada atasanya, namun hingga kini belum ada informasi tentang kepastian kucuran anggaran operasional, dengan demikian pihaknya belum bisa memastikan waktu keberangkatan sejumlah kapal tersebut.

Meskipun demikian, mantan Kepala Pelni Cabang Pare-pare, Sulawesi Selatan yang baru beberapa hari berkantor di Saumlaki ini berjanji tetap akan berupaya semaksimal mungkin melalui komunikasinya dengan pimpinan PT. Pelni sehingga sejumlah armada yang dikelola oleh PT. Pelni tersebut sudah bisa beroperasi secara normal dalam waktu dekat.

“Rute dan jadwal KM.Sabuk Nusantara 34 voyage 02 2016 kini sudah ada, yakni dari 18 Februari sampai 1 Maret 2016 dengan pelabuhan tujuan: Saumlaki,Dawera-Dawelor, Tepa, Babar, Lelang, Moa, Letti, Kisar, Lerokis, Ilwaki, Kupang, Ilwaki, Lerokis, Kisar, Leti, Moa, Lelang, Bebar, Tepa, Dawera-Dawelor, Saumlaki, hanya saja belum bisa berjalan karena itu tadi, belum ada dana pengisian bangker,” jelasnya.

Dia mengakui, bahwa penggunaan bahan bakar untuk 1 armada untuk sekali perjalanan hingga kembali ke Saumlaki, membutuhkan 46 Kl hingga 60 Kl ditambah 2 drum oli, dan jika dikalikan untuk 3 armada kapal tersebut, ditambah dengan kebutuhan lain, maka sekali perjalanan akan menghabiskan anggaran senilai Rp 1,2 Miliar.

“Saya berharap dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi, sejumlah persoalan ini sudah teratasi dan kapal-kapal yang ada sudah kembali melayani masyarakat,” tutupnya.

(dp-18)
Share it:

Utama

Masukan Komentar Anda:

0 comments:

terima kasih telah memberikan komentar

Berita Pilihan Redaksi