News Ticker

Ratusan Relawan Kelas Inspirasi Tanimbar 2015 Berbagi Di 3 Kecamatan

Gerakan Indonesia Mengajar bentukan Prof. Anies Baswedan, mengundang para profesional yang sukses karena pendidikan untuk turun tangan dan berbagi cerita serta pengalaman kerja selama sehari pada Hari Inspirasi yakni pada tanggal 27 April 2015
Share it:
Para murid usai mengikuti kelas inspirasi
Saumlaki, Dharapos.com
Gerakan Indonesia Mengajar bentukan Prof. Anies Baswedan, mengundang para profesional yang sukses karena pendidikan untuk turun tangan dan berbagi cerita serta pengalaman kerja selama sehari pada Hari Inspirasi yakni pada tanggal 27 April 2015.

Kelas Inspirasi ini dilaksanakan di 45 Sekolah Dasar Swasta maupun Negeri di Maluku Tenggara Barat yakni 23 Sekolah di Kecamatan Tanimbar Selatan antara lain SDK Saumlaki, SD Inpres Saumlaki, SD Don Bosco I,II,III Olilit Barat dan Saumlaki,  SD Nk I St. Ignasius Olilit Timur, SD Nk II St. Ignasius Olilit Lama, SD Inpres Sifnana, SD Nk Canisius Sifnana, SD Nk I dan II St. Yoseph Lauran, SD Nk St. Agustinus Kabiarat, SD Nk St. Urbanus Ilingei, SD Nk I dan II St. Theresia Wowonda, SDN Wesawak, SD Nk St. Fx Xaverius Bomaki, SDK Lermatang, SD Inpres Latdalam, SDK I dan II  Latdalam, dan SD Negeri Matakus.

Di kecamatan Wertamrian, para relawan Kelas Inspirasi Tanimbar di tempatkan di sejumlah SD seperti
SD Nk St. Andreas Tumbur, SD Nk I dan II St. Aloysius Lorulun, SD Nk St. Fx Xaverius Atubul Da, SD Nk St. Mathias Atubul Dol, SDN 6 Atubul Mase, SD Nk St. Aloysius Amdasa, SD Nk Yos Sudarso Sangliat Dol, SD Nk St. Yoseph Sangliat Krawain, SD Nk I dan II St. Theresia Arui Bab, dan SD Nk St. Thomas Aquino Arui Das.

Sementara di kecamatan Kormomolin, sejumlah sekolah yang di kunjungi antara lain: SD Nk. St. Yoseph Lorwembun, SD Nk St. Petrus Alusi Batjas, SD Nk St. Theresia Alusi Tamrian, SDN Alusi Bukjalim, SD Nk Hati Kudus Alusi Kelaan, SD Nk St. Antonius Alusi Krawain, SD Nk I St. Michael Meyano Bab, SD Nk II St. Andreas Meyano Raya, SDK Kilmasa, serta SDK Lumasebu.

Lebih dari 300 relawan inspirator dan dokumentator yang terdiri dari berbagai profesi seperti: Pegawai Negeri Sipil, Dokter, TNI, Polri, Wartawan, Mahasiswa, Artis, Engginering, Rohaniawan, dan sejumlah profesi ini turun langsung dan bertemu dengan para siswa dan siswi SD di kelas masing-masing dan berceritera tentang profesi yang dia miliki.

Cerita tersebut akan menjadi bibit untuk para siswa bermimpi dan merangsang tumbuhnya cita-cita tanpa batas pada diri mereka.

Tujuan dari Kelas Inspirasi ini ada dua, yaitu menjadi wahana bagi sekolah dan siswa untuk belajar dari para profesional dan agar para profesional, khususnya kelas menengah secara lebih luas, dapat belajar mengenai kenyataan dan fakta mengenai kondisi pendidikan kita.

Diharapkan ke depan, terjalin relasi yang dapat terus menerus mereka pelihara baik untuk kepentingan jangka pendek membangun pendidikan di sekolah tersebut ataupun sekadar berjejaring dan berkomunikasi terus. Hal ini dimaksudkan sebagai wujud jendela komunikasi antara profesional sebagai kelas menengah dan dunia pendidikan di SD negeri sebagai salah satu area yang perlu diadvokasi dan dikembangkan terus-menerus.

“Kelas Inspirasi ini menjadi solusi bagi para profesional Indonesia yang ingin berkontribusi dengan mengajar di lingkungannya. Hal ini membuka pintu interaksi positif antara kaum profesional dengan SD-SD di Kepulauan Tanimbar. Partisipasi para profesional tersebut untuk mengambil cuti sehari dan berbagi pengalamannya bersama anak-anak SD, merupakan partisipasi berbasiskan individu, bukan institusi. Ini menunjukkan bahwa kepedulian dan kesadaran pribadi terhadap pendidikan masih tinggi.
 Ke depannya, Kelas Inspirasi ini diharapkan mampu mendorong kalangan profesional untuk berperan aktif dalam pendidikan melalui kegiatan serupa,“ demikian kutipan pernyataan Panitia Pelaksana seperti yang termuat dalam buku panduan Kelas Inspirasi Tanimbar 2015 yang dibagikan kepada para relawan.

Bagi para relawan, Kelas Inspirasi bertujuan untuk memberikan pengalaman mengajar dan belajar di depan kelas sebagai bentuk kontribusi serta pengorbanan yang nyata terhadap perbaikan masa depan bangsa;  membangun sensitivitas para relawan terhadap realitas kualitas pendidikan yang kontras dengan kemajuan kota besar; mengajak kaum profesional untuk bersama-sama turun tangan menunaikan janji kemerdekaan yakni mencerdaskan kehidupan bangsa;  mengaktivasi semangat kerelawanan (volunterism) untuk mengatasi masalah di sekitar kita tanpa harus menunggu orang lain bergerak terlebih dahulu dan tanpa menyalahkan pihak manapun.
Kegiatan Kelas Inspirasi
Sementara bagi para siswa yang terlibat dalam Kelas Inspirasi: memperluas wawasan mereka akan pilihan profesi yang bisa dijadikan cita-cita, memberikan inspirasi untuk memiliki cita-cita setinggi mungkin; memberikan motivasi untuk terus melanjutkan pendidikan; menanamkan empat nilai moral positif utama (kejujuran, kerja keras, pantang menyerah dan kemandirian) sebagai jalan untuk mewujudkan apa yang diimpikannya; menyadarkan amat pentingnya sikap menghormati orang tua dan guru dalam upaya mewujudkan cita-cita dan mimpi tertinggi merek.

Dalam acara brefing dan acara pembukaan kegiatan yang dilaksanakan di gedung Kesenian Saumlaki Minggu (26/4) Koordinator Kelas Inspirasi Tanimbar, Ny. Blendy Souhoka,S.STP mengatakan Relawan Kelas Inspirasi di tuntut untuk menunjukan 7 sikap yakni:  Sukarela, dimana semua pihak yang terlibat mengikuti kegiatan ini dengan penuh kerelaan hati.

Mereka terlibat tanpa paksaan, baik sekolah maupun relawan/penggiatnya, bebas kepentingan yakni kegiatan ini bebas dari relasi dengan institusi perusahaan/lembaga tempat penggiat bekerja, relasi dengan motif pemasaran perusahaan dan berbagai kepentingan nonpendidikan yang tidak relevan.

Satu-satunya kepentingan yang ada adalah demi masa depan anak-anak Indonesia. Serta tanpa biaya; tidak ada biaya, baik yang dipungut dari relawan, sekolah atau siapapun. Tidak juga melibatkan pendanaan dari perusahaan atau lembaga lain. Satu-satunya pendanaan yang mungkin hanyalah iuran dari relawan/penggiat.

Siap belajar. Bersikap terbuka dan saling belajar, baik sekolah, penggiat/relawan dan semua pihak yang terlibat. Relawan terbuka belajar khususnya bagaimana mengajar di depan kelas, sekolah juga terbuka dengan masukan dari relawan khususnya tentang penyelenggaraan KI. Turun tangan langsung. Para penggiat dan juga pihak sekolah selalu siap turun tangan langsung, fokus pada aksi dan dampak bagi siswa dan kemajuan sekolah. Kesiapan turun tangan juga dibuktikan dengan siap mengambil cuti pada hari H dan siap untuk berkorban menyiapkan berbagai hal sebelum hari H.

“Selain itu, para relawan dituntut untuk Siap bersilaturahmi. Terbuka untuk membangun silaturahmi, baik relawan maupun sekolah. Relawan dan sekolah terbuka, saling rendah hati dan tulus untuk terus menjalin silaturahmi demi kemajuan sekolah dan pendidikan bersama. Tulus. Semua pihak percaya bahwa ini bukan tentang diri relawan, bukan tentang para pengurus sekolah tetapi demi anak-anak Indonesia yang akan lebih percaya diri dan siap berjuang menyongsong cita-cita mereka,” tuturnya.

Relawan juga harus menyampaikan secara intens empat nilai moral positif utama, yaitu: kejujuran, kerja keras, pantang menyerah, dan kemandirian, dengan Metode Penyampaian Materi berupa strategi : Diskusi , Strategi Analogi, Strategi Sosiodrama, Strategi Gambar Visual, Strategi Wayang, Strategi Applied Learning, dan Strategi Movie Learning atau dengan cara memutar dan mendiskusikan isi film yang berkaitan dengan konsep yang ingin diajarkan.

Hal ini di lakukan agar proses pengajaran dititikberatkan pada internalisasi nilai kejujuran, kerja keras, pantang menyerah dan kemandirian; memotivasi siswa untuk terus melanjutkan pendidikan hingga jenjang tertinggi; mengeksplorasi pola pengajaran yang mencakup gaya belajar visual, auditori & kinestetik; Berbicara dan menunjukkan perilaku yang sopan dan positif; Menciptakan suasana nyaman dan interaktif; Menunjukkan sikap ceria; Menggunakan bahasa yang dipahami anak; Menghargai dan memberi apresiasi pada anak;  Adil dan tidak diskriminatif; Sebisa mungkin menghafal nama-nama anak; dan Hargai keberagaman tingkat sosial ekonomi anak.

Orang Tua dan masyarakat pada sejumlah sekolah yang dikunjungi tersebut ternyata sangat mengapresiasi kegiatan ini. bentuk apresiasi yang diberikan bagi para relawan yang datang dari dalam darah Maluku Tenggara Barat maupun dari Luar daerah lain di Indonesia ini terlihat jelas dengan acara penyambutan secara meriah melalui tari-tarian khas Tanimbar oleh masyarakat dan seterusnya di sambut secara adat oleh tua-tua adat dan pemerintah desa hingga pengalungan syal yang terbuat dari bahan tenunan khas Tanimbar kepada relawan KI.

Di Desa Atubul do – kecamatan Wertamrian misalnya, Kepala SD Nk St. Mathias Atubul Dol – Ny. Pia Lolonlun,S.Pd saat acara pelepasan antara masyarakat, pemerintah desa dan Tua-tua adat di desa tersebut mengatakan bahwa para guru dan orang tua siswa serta masyarakat di desa Atubul dol mengaku sangat berterima kasih dengan adanya kegiatan Kelas Inspirasi Tanimbar 2015.
Perjalanan relawan menuju lokasi sekolah

“Kegiatan ini sangat luar biasa. Anak-anak kami telah di inpirasi oleh para relawan yang punya profesi yang berbeda-beda sehingga kami percaya bahwa anak-anak kami serta orang tua murid akan termotivasi. Kami berharap, kegiatan ini tidak akan berakhir di saat ini saja, melainkan kedepan nanti, adapula kegiatan-kegiatan serupa yang dapat terus dilakukan demi peningkatan SDM di desa kami tercinta dan di kabupaten ini,” harapnya.

Sementara itu, dalam acara penutupan yang dilaksanakan di gedung Kesenian Saumlaki Senin malam (27/4), Bupati MTB, Drs. Bitsael S. Temmar menyampaikan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada Tim Indonesia Mengajar dan para relawan yang telah meluangkan waktu dari kesibukannya dan bersedia dari daerah lain maupun dari dalam daerah MTB untuk mendatangi sekolah-sekolah yang telah ditunjuk untuk berbagi inspirasi kepada para siswa dan siswi.

Bupati di saat itu banyak berceritera tentang kondisi dunia pendidikan di daerah julukan Duan dan Lolat tersebut, dimana sejak awal masa tugasnya yakni di tahun 2007 lalu, kondisi dunia pendidikan sangat memprihatinkan.

Meskipun capaian pembangunan fisik di MTB semakin meningkat sesuai akselerasi yang baik tetapi tidak sesuai dengan pembangunan sikap dan mental. Ada berbagai perubahan sosial tetapi memunculkan berbagai dampak negatif seperti kekerasan terhadap anak yang terjadi di sejumlah sekolah.

Jenis-jenis kekerasan yang terjadi adalah bukan hanya jenis kekerasan dengan menggunakan rotan atau tamparan saja melainkan jenis-jenis kekerasan verbal seperti tutur kata yang tidak etis terhadap para siswa yang dilontarkan oleh para guru yang disebutnya sebagai Model pendidikan yang menindas.

“Disaat itu, pendidikan di MTB sangat memprihatinkan. Saya akhirnya turun langsung ke sekolah-sekolah dan melihat secara langsung serta bertindak cepat. Saya bawa sikat dan odol gigi kepada anak anak di sekolah, dan saya juga langsung mengajarkan anak untuk tau menyikat giginya sendiri,” tuturnya.

Bupati optimis, bahwa dengan adanya kegiatan serupa dapat membantu mendorong peningkatan SDM di MTB yang hingga saat ini sudah berada pada urut ke 3 sebagai daerah dengan kualitas pendidikan terbaik di provinsi Maluku.

(mon)
Share it:

Masukan Komentar Anda:

0 comments:

terima kasih telah memberikan komentar

Berita Pilihan Redaksi