News Ticker

Disdikbud Papua: “Kebocoran Soal UN, Tunggu Laporan Tim Pemantau”

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Papua, Elias Wonda, S.Pd MH mengatakan, pihaknya belum menerima laporan kebocoran soal Ujian Nasional (UN) tingkat SMA di Papua dari tanggal 13 – 15 April 2015 lalu, karena masih menunggu laporan dari tim pemantau yang masih berada di daerah - daerah.
Share it:
Elias Wonda, S.Pd, MH
Papua, Dharapos.com
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Papua, Elias Wonda, S.Pd MH mengatakan, pihaknya belum menerima laporan kebocoran soal Ujian Nasional (UN) tingkat SMA di Papua dari tanggal 13 – 15 April 2015 lalu, karena masih menunggu laporan dari tim pemantau yang masih berada di daerah - daerah.

“Untuk kebocoran soal UN 2015, kami masih tunggu laporan dari tim pemantau apa yang terjadi di lapangan selama pelaksanaan Ujian Nasional berlangsung,” kata dia kepada wartawan di kantor Gubernur Papua, Jumat kemarin.

Dijelaskannya, tim pemantau yang terdiri dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Uncen bersama Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) akan melaporkan hasil pelaksanaan UN 2015 di 28 Kabupaten dan 1 Kota di Provinsi Papua pada hari senin (21/4) nanti.

“Mudah-mudahan di Provinsi Papua tidak ada laporan terkait kebocoran soal UN, karena masalah kebocoran soal itu bukan hal baru yang dari tahun ke tahun biasa terjadi. Dan Pemerintah Pusat itu harus lebih tegas dalam pengawasan pendistribusian soal Ujian,”ungkap Wonda.

Namun, urai dia, pelaksanaan Ujian Nasional di seluruh Papua berjalan dengan baik karena pendistribusian soal UN 2015 ke lokasi ujian yang sangat jauh di Provinsi Papua sejak 27 Maret 2015 lalu, dan 7 lokasi yang mengikuti UN menggunakan sistem BCT berjalan lancar tanpa ada gangguan.

“Kami harapkan teman-teman di sekolah itu harus jujur dalam mengawas ujian nasional karena kejujuran itu sangat penting untuk meningkatkan mutu Pendidikan di Papua,”tegas Wonda.

Sementara itu, lanjut dia, dalam proses belajar mengajar di sekolah harus menggunakan bahasa sebagai pelajaran muatan lokal pada siswa kelas 2 dan kelas 3 tingkat sekolah dasar dan kelas 4 hingga SMA belajar menggunakan bahasa Indonesia.

“Jadi pembelajaran lengkap itu pada saat sekolah, tetapi kalau untuk pengenalan huruf itu bisa menggunakan dalam bahasa daerah seperti di Sarmi, Wamena, kabupaten Jayapura akan bangun di Sentani Aula bahasa daerah,” jelasnya.

Wonda juga menambahkan ada anak Papua yang hanya mengenal orang tapi tidak bisa membaca, menulis dan berhitung bahkan sampai pada tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP).

“Kami harapkan program Gerbang Mas ini awal dari kelas I kelas 2 harus bisa menulis, membaca. di Kabupaten tahun ini kami bangun sekolah pembangunan kami anggarkan di ABT bersamaan dengan program PKK,”katanya.
 
(Piet)
Share it:

PAPUA

Masukan Komentar Anda:

0 comments:

terima kasih telah memberikan komentar

Berita Pilihan Redaksi