News Ticker

Hari Pangan Sedunia, PMKRI Saumlaki Gelar Gerakan Sayang Pangan Lokal

Hari Pangan se-dunia (World Food Day) yang dilaksanakan setiap tahun pada tanggal 16 Oktober, dirayakan secara sederhana oleh Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Sanctus Vinsesn de' Paul Saumlaki.
Share it:
Foto bersama seusai diskusi dalam rangka Kari Pangan Sedunia
Saumlaki, Dharapos.com - Hari Pangan se-dunia (World Food Day) yang dilaksanakan setiap tahun pada tanggal 16 Oktober, dirayakan secara sederhana oleh Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Sanctus Vinsesn de' Paul Saumlaki.

Bertempat di Marga Siswa PMKRI yang berlokasi dibelakang Aspol, Saumlaki, kecamatan Tanimbar Selatan, Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Kamis (17/10/2019), para kader korps baret merah dan bol kuning ini memaknai kegiatan tersebut dengan menggelar Gerakan Sayang Pangan Lokal melalui diskusi bersama.

Para mahasiswa ini menghadirkan Komisaris PMKRI Daerah (Komda) Maluku, Kepala Badan Ketahanan Pangan Daerah kepulauan Tanimbar, dan beberapa senior PMKRI.

Ketua Presidium PMKRI cabang Saumlaki, Yonas Batlyol menyatakan kegiatan tersebut dilakukan untuk memaknai tema hari pangan se-dunia yakni: "Teknologi industri pertanian dan pangan menuju Indonesia lumbung pangan dunia 2045", dan sub tema yang coba mereka rangkum yaitu : "Perkuat lumbung pangan lokal Tanimbar menuju Tanimbar sehat, bergizi, mandiri,maju dan sejahtera".

Diskusi ini mengulas tentang potret kebutuhan pangan di daerah dan sejumlah persoalan penghambat yang mengancam produktivitas petani dalam mencukupi kebutuhan pasar.

"Kita ketahui, beberapa waktu silam, masyarakat di daerah ini  mengalami kelangkaan beras. Kemudian masyarakat kesusahan mencari beras dimana-mana. Kami melihat bahwa ini adalah sebuah pola untuk menguasai Tanimbar dari berbagai macam sisi," bebernya.

Masyarakat di kepulauan Tanimbar menurut Yonas, semestinya tidak hanya bergantung pada ketersediaan beras, karena daerah Tanimbar kaya akan hasil pangan seperti pisang, umbi-umbian, jagung, padi dan kacang-kacangan.

Yonas mengajak anggotanya untuk melawan ketergantungan terhadap beras dan hanya mengandalkan pangan lokal.

"Karena mahasiswa adalah agen of change atau agen perubahan maka kita mulai dari diri kita sendiri. Mahasiswa itu adalah pola pikir masyarakat dan apa yang mahasiswa berpikir itu cara berpikir masyarakat, begitu pula apa yang mahasiswa lakukan itu  adalah titah masyarakat," katanya mengutip pernyataan salah seorang ahli.

Komisaris PMKRI daerah Maluku dan Maluku Utara, Petrus Imanuel Temorubun menyatakan aksi yang dilakukan oleh PMKRI cabang Saumlaki merupakan dorongan moril yang muncul seiring dengan fenomena yang dialami masyarakat Indonesia saat ini.

Pergerakan PMKRI ini meskipun bermula dari rumah juang PMKRI yang secara kuantitas terbilang sedikit namun dia percaya pergerakan ini akan menjadi besar saat terus dikampanyekan oleh semua pihak.

"ketahanan pangan dunia itu dimulai dari ketahanan pangan kecil yaitu lokal. Ini yg harus di gerakkan dari bawah, kemudian beriringan dengan kondisi Maluku terkini"katanya.

Dia juga mengingatkan sejumlah pangan lokal yang bernilai gizi tinggi seperti Sagu yang terbuat dari pohon rumbia, sagu dari singkong, dan sejumlah pangan lokal yang bisa diolah dalam berbagai model masakan.

Dia berjanji akan menyuarakan gerakan ini kepada rekan-rekannya di Pengurus Pusat PMKRI Sanctus Thomas Aquinas untuk diteruskan kepada seluruh jajaran PMKRI SE tanah air, sehingga bersama kita rawat bersama pangan lokal  menjadi ketahanan pangan nasional dan menjadi ketahanan pangan dunia.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Dominggus C. Makatita menilai, gerakan sosial dan kemanusiaan yang dilakukan oleh PMKRI cabang Saumlaki merupakan hal yang unik karena dilakukan secara sederhana namun bernilai.

"Kami patut menyampaikan terima kasih untuk PMKRI yang turut membantu pemerintah daerah
dalam hal ini dinas Ketahanan Pangan untuk bagimana menggerakan bukan sebatas menggerakan tetapi juga  bisa membangun kesadaran kembali masyarakat"katanya.

Menurutnya, kesadaran mengkonsumsi pangan lokal oleh masyarakat sesungguhnya sudah terbina semenjak dahulu kala, namun seiring dengan pesatnya perkembangan, kesadaran mengkonsumsi pangan lokal menjadi hilang. Masyarakat lebih cinta pada pangan-pangan non lokal, jenis pangan yang di impor.

Masyarakat perlu menyadari bahwa mengkonsumsi pangan lokal itu banyak manfaat. Manfaat ekonomis yaitu harga pangan lokal terjangkau, keamanannya terjamin karena tidak terkontaminasi dengan zat-zat yang berbahaya.

"Dengan mengonsumsi pangan lokal sebenarnya kita juga melestarikan tradisi atau budaya dari orang Tanimbar seperti budaya bakar batu dan sebagainya"katanya.

Selain berterima kasih kepada PMKRI atas aksi aksinya ini, Makatita memastikan bahwa pihaknya juga melakukan berbagai terobosan untuk menyadarkan dan mendorong terciptanya ketersediaan pangan lokal.

Sejumlah afirmasi yang dilakukan seperti turun menjumpai masyarakat, bekerjasama dengan segenap unsur terkait untuk mengampanyekan pangan lokal hingga melakukan lomba-lomba untuk menumbuhkembangkan kesadaran dan kecintaan masyarakat terhadap pangan lokal.

(dp-46)
Share it:

Daerah

Masukan Komentar Anda:

0 comments:

terima kasih telah memberikan komentar

Berita Pilihan Redaksi