News Ticker

Termiskin ke-3 di Maluku Bukti Buruknya Kinerja Pemda Aru

Menduduki peringkat ketiga sebagai daerah termiskin dari antara 11 kabupaten/kota di Provinsi Maluku, menjadi bukti buruknya kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Aru.
Share it:
Kantor Bupati Kepulauan Aru
Dobo, Dharapos.com
Menduduki peringkat ketiga sebagai daerah termiskin dari antara 11 kabupaten/kota di Provinsi Maluku, menjadi bukti buruknya kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Aru.

Status Kepulauan Aru sebagai daerah termiskin ke-3 tersebut disampaikan Penjabat Bupati Frangky
Renjaan ketika diwawancarai usai membuka secara resmi kegiatan Pasar murah beberapa waktu lalu.
Fakta ini, membuat komponen masyarakat di Kabupaten Kepulauan Aru menanggapi serius status tersebut.

Salah satu tokoh pemuda Aru Yan Apalem mempertanyakan kinerja Pemerintah daerah selama kurang lebih 14 tahun sejak dimekarkan pada tahun 2004 silam.

“Sudah hampir 14 tahun Aru dimekarkan jadi kabupaten tetapi masih berada pada pada posisi tiga daerah termiskin di provinsi Maluku, selama ini Pemerintah daerah buat apa? Apa kerjanya selama ini sampai terjadi kemiskinan begitu besar ?“ ungkapnya dengan nada kesal kepada sejumlah wartawan di Dobo, baru-baru ini.

Pernyataan Penjabat Bupati Aru Frangki Renjaan memang membuat Apalem kebingunan dan prihatin.

Pasalnya, meski sudah menjalani 14 tahun berdikari sebagai daerah otonom, dari 117 desa yang ada di Kepulauan Aru baru 2 desa saja yang sudah sejahtera.

“Kenapa dari 117 desa itu terdapat 115 desa yang masih kategori miskin,berarti mungkin dua desa itu Wangel dan Durjela karena memang mereka berada dekat di pusat kota. Tapi kalau misalnya mereka terpisah jauh dari Dobo maka sudah tentu 100 persen rakyat Aru miskin,“ heran Apalem.

Menurutnya, bila memang prestasi kemiskinan daerah julukan Jargaria ini masuk pada peringkat daerah ke-3 termiskin di Maluku, maka terbukti jelas bahwa selama ini Pemda tidak berpihak pada rakyat.

“Terbukti selama ini Pemerintah daerah hanya berpikir tentang bagaimana caranya mengisi pundi-pundi pribadi, tanpa melihat kepentingan masyarakat yang lebih besar,“ kecam Apalem.

Ternyata rakyat, tegasnya, hanya diberi gula-gula dengan raskin serta proyek sekejap pandang.

“Rakyat hanya dihibur dengan raskin yang ketika di buka abu kaluar, proyek yang dikerjakan pagi sore runtuh, itu menunjukan bahwa Pemda selama ini tidak pernah melakukan sesuatu. Mereka hanya berpikir bagaimana caranya harus meraup keuntungan dari setiap anggaran yang digunakan dengan menggunakan lebel rakyat, menggunakan lebel kepentingan rakyat untuk mengisi kantong pribadi, sehingga pejabat itu gemuk sementara rakyat kurus-kurus,“ beber Apalem.

Dirinya berharap, semoga kepemimpinan Frangki Renjaan sebagai kareteker Bupati dengan pola berpikir seperti saat ini dapat membawa perubahan walau hanya dalam beberapa waktu.

”Disesalkan hanya tersisa beberapa bulan saja, tapi kalau misalnya beliau bertahan satu atau dua tahun maka pastinya akan ada perubahan besar di aru, karena berjiwa membangun dibanding pemimpin-pemimpin sebelumnya, baik Thedy Tengko (almahrum), maupun Abraham Gainaunya, karena memang mereka ini lebih mengejar keuntungan pribadi,” ujar Apalem sembari berharap agar pengusutan kasus-kasus korupsi di Kejaksaan lebih serius lagi sehingga para pejabat jahat di Aru ini dijebloskan ke penjara lagi.

(dp-31)
Share it:

Utama

Masukan Komentar Anda:

0 comments:

terima kasih telah memberikan komentar

Berita Pilihan Redaksi