News Ticker

Dengan Semangat Basudara, IKEMAL Peg-Tengah Rayakan Hari Pattimura

Perayaan hari Pattimura yang dilaksanakan setiap tanggal 15 Mei ternyata bukan saja dilakukan di Saparua dan kota Ambon, Provinsi Maluku akan tetapi juga dirayakan oleh orang Maluku dan Maluku Utara yang berada di perantauan. Salah satunya di kawasan Pegunungan Tengah Provinsi Papua.
Share it:
Wamena, Dharapos.com
Perayaan hari Pattimura yang dilaksanakan setiap tanggal 15 Mei ternyata bukan saja dilakukan di Saparua dan kota Ambon, Provinsi Maluku akan tetapi juga dirayakan oleh orang Maluku dan Maluku Utara yang berada di perantauan. Salah satunya di kawasan Pegunungan Tengah Provinsi Papua.

Para kepala suku memasuki gedung acara
Seluruh masyarakat Maluku yang berada di kawasan tersebut sejak awal telah menantikan momen peringatan  tersebut.

Tepat, Jumat (15/5) puncak perayaan hari Pattimura tanggal 15 Mei 2015, yang dipusatkan gedung Ukumiare Asso Wamena, Kabupaten Jayawijaya,  Provinsi Papua berlangsung meriah.

Ribuan masyarakat Maluku se Pegunungan Tengah sejak pukul 15.00 Wit membanjiri gedung tersebut guna menyaksikan upacara kenegaraan hari Pattimura yang kali  ini mengusung tema “KATONG SAMUA BASUDARA”

Kehadiran penyanyi asal Maluku, Mitha Talahatu turut memeriahkan acara peringatan tersebut.
Tradisi yang dilakukan setiap tanggal 15 Mei pada setiap tahunnya oleh Ikatan Keluarga Maluku (IKEMAL) se- Pegunungan Tengah adalah untuk mengenang kembali perjuangan Pahlawan Nasional  asal Saparua, Maluku, Thomas Matulessi atau yang dikenal dengan julukan Kapitang Pattimura menghadapi kaum penjajah.

Acara kali ini dikemas oleh panitia yang diketuai Christian Talubun dari Maluku Tenggara yang mendapat giliran pada peringatan tahun ini.

Salah satu tradisi yang mengawali peringatan hari Pattimura yaitu pembakaran obor dan penyerahan kepada pelari obor yang juga tidak jauh berbeda dari tradisi yang dilakukan di Gunung Saniri Kecamatan Saparua, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku.

Dimana lokasi tersebut menjadi tempat awal yang digunakan Kapitang pattimura untuk berunding bersama beberapa temannya untuk mengusir penjajah dari bumi rempah-rempah.

Awal obor dilarikan mengelilingi kota Wamena, dengan terlebih dahulu dilakukan penjemputan kepada masing-masing kepala suku (ketua sub IKEMAL) dari kediaman masing-masingyang dimulai dari penjemputan ketua IKEMAL Maluku Tengah Chiristian Sohilait,ST, M.Si, dengan tarian cakalele, ketua IKEMAL MTB, Martinus Lethulur, ketua IKEMAL Malra Melly Kadmaer dan ketua IKEMAL Malut Samad Hasan.

Setelah dijemput, keempat kepala suku (Ketua IKEMAL) digiring oleh masyarakatnya dengan adat masing-masing dan selanjutnya menuju ke kediaman Kepala Suku besar (Ketua IKEMAL se-Pegunungan Tengah) Chiristian Manuputty pada empat penjuru mata angin.
Para pelari sedang membawa obor Pattimura

Setelah tiba, seluruh kepala suku ( ketua sub IKEMAL) langsung bergabung dengan tetua adat dan kepala suku besar (Ketua IKEMAL se-pegunungan Tengah papua) Chiristian Manuputty di jalan Bhayangkara Wamena Jaya Wijaya untuk selanjutnya dilakukan prosesi adat melepaskan obor Pattimura untuk di bawa lari keliling kota berhawa dingin tersebut.

Setelah itu obor Induk yang disemayamkan di kediaman kepala suku besar Maluku Chiristian Manuputty dibakar oleh ketua adat Maluku Tengah - Noke Sahertian dan diserahkan kepada ketua IKEMAL Pegunungan Tengah dan selanjutnya ketua IKEMAL menyerahkan kepada pelari obor Bripka Baharudin Nahumamury dan kawal oleh 4 (empat) obor dari 4 suku yakni Malteng, Malra, MTB dan Malut serta 40 pelari obor lainnya.

Setelah pelari obor telah siap dan dilepaskan oleh kepala suku besar Maluku baru dilakukan prosesi adat untuk membuka jalan agar obor keluar dari  tempat persemaian kediaman kepala suku besar Maluku yang dipimpin oleh kepala Adat Malteng.

Setelah dirinya membuka jalan maka obor mulai di bawa lari dengan arak-arakkan ribuan motor yang dikawal ketat dua motoris Lantas dan dua unit mobil Patwal Lantas Polres Jaya Wijaya yang dipimpin langsung oleh Kasad Lantas, AKP. R.D.Tamaela.

Usai melepaskan pelari obor kepala suku besar yang didampingi masing-masing kepala suku (ketua sub IKEMAL) berjalan menuju gedung Ukumiare Asso yang di giring juga oleh regu cakalele dari masing-masing suku untuk menunggu kedatangan obor.

Di depan gedung Ukumiare Asso Wamena, kepala suku besar dan 4 kepala suku lainnya menunggu bersama Wakil Bupati kabupaten JayaWijaya, Jhon Richard Banua, SE, M.Si.

Setelah obor tiba di gedung Ukumiare Asso pemegang obor Induk Bripka Baharudin Nahumamury dan empat obor dari 4 suku langsung menunggu di depan ribuan massa asal Maluku yang telah menunggu dari pukul 15.00 WIT.

Sambil menunggu Wakil Bupati dan kepala suku besar Maluku dan 4 sub suku lainnya masuk ke gedung setelah berada di gedung mereka di kelilingi oleh mama-mama Maluku dengan membentangkan kain putih sepanjang 50 meter dan mengiring Wakil Bupati dan kepala suku masuk ke gedung untuk melangsungkan upacara kenegaraan.

Saat tiba pembawa obor induk, Bribka Baharudin Nahumamury menyerahkan obor kepada kepala suku besar Maluku Chiristian Manuputty dan selanjutnya kepala suku menyerahkan kepada Wakil Bupati Jayawijaya Jhon Richard Banua, SE, M.Si, untuk dilakukan upacara kenegaraan yang ditandai dengan mengheningkan cipta yang dipimpin oleh Wakil Bupati dan manyayikan lagu Indonesia raya.

Selain wakil Bupati, turut hadir pada acara tersebut Dandim 1702 Jayawijaya Letkol inf C.B.D.Andris, Ketua DPRD Kabupaten Jayawijaya, Toufik Nanlohi, Kapolres Lany Jaya, para Asisten Sekda dan Staf Ahli Bupati, para kepala Badan/Dinas/Kantor di lingkup Pemkab Jayawijaya dan se - Pegunungan Tengah, Ketua LMA kabupaten Jayawijaya.
Penyerahan obor Pattimura

Wakil Bupati dalam sambutannya mengatakan dirinya terkesan betapa masyarakat Maluku dan Malut se-Pegunungan Tengah sangat bangga memiliki sang pahlawan Nasional Pattimura.

“Begitu pula dengan prosesi pawai obor dan arak-arakan yang dilakukan dengan penuh Hikmah dan semangat basudara serta merupakan wujud rasa syukur dan terima kasih atas jasa Pattimura dan kawan-kawan bagi perjuangan bangsa Indonesia,” ungkapnya.

Ditegaskan juga, pria Kabaressi yang berjuang di tahun 1817 lalu tidak memiliki alat komunikasi yang canggih namun Pattimura telah menggalang persatuan dengan kesultanan Ternate dan Tidore, raja-raja di Bali, Sulawesi dan Jawa untuk memerangi penjajah Belanda.

“Saat itu Pattimura pun sadar bahwa untuk berhasil dalam perjuangan dirinya bersama pasukan
nya tidak bisa bekerja sendiri tetapi membutuhkan dukungan dan potensi pihak lain,” tegas dia.

Dihadapan ribuan hadirin yang memadati gedung Asso, Wabup  berpesan bahwa  jika ingin berhasil dalam pembangunan maka harus menggalang kekompakan, solidaritas sosial, kerjasama dan sinergitas dengan pihak lain.

“Bahkan pihak lain serta Pemerintah juga tidak dapat bekerja sendiri namun membutuhkan dukungan masyarakat dalam mewujudkan pembangunan di segala bidang,” pesannya.

Ikatan Pela Gandong yang selama ini menjadi perekat bagi ,orang Maluku merupakan wujud hubungan dan kerjasama antara kampung tanpa melihat suku, agama dan tradisi, sehingga orang Maluku yang ada di Pegunungan Tengah perlu didorong dengan adanya dialog dan kerja sama antara suku,antara paguyuban atau antara wilayah adat.

“Saya juga yakin dan percaya bahwa seluruh suku Maluku yang ada agar tetap menjadi Pattimura-Pattimura muda, kesatria pembangunan masa kini. Kita semua adalah Kabaresi di Pegunungan Tengah Papua dan dengan tulus mau bekerja keras tanpa pamrih dan rindu melihat kawasan Pegunungan Tengah maju seperti daerah lain di Indonesia,” pungkasnya.

Karena pengembangan kawasan Pegunungan Tengah membutuhkan karakter “Kabaresi” sebagaimana yang telah ditujuhkan oleh pahlawan Nasional Thomas Matulesi alias Kapitang Pattimura.

Pada kesempatan yang sama, Wabup juga mengajak seluruh suku Maluku se-Pegunungan Tengah agar terus kobarkan semangat juang, maju terus pantang mundur sehingga visi membangun Pegunungan Tengah Papua dapat terwujud.
Hadirin turut dihibur para penyanyi

“Saya mengajak agar seluruh masyarakat Maluku untuk bersatu padu bangun Papua dengan semboyan “Katong Samua Basudara” dan jangan mau dikalahkan oleh setiap hasutan-hasutan atau provokasi-provokasi yang melemahkan,” ajaknya.

Pada kesempatan yang sama, Ketua IKEMAL se Pegunungan Tengah, Christian Manuputty dalam sambutannya menegaskan dengan semangat juang Thomas Matulessy yang membara itulah yang telah memberikan inspirasi baru bagi para leluhur untuk membangun tekad mempersatukan bumi nusantara menjadi Indonesia yang terukir dalam sebuah cita-cita besar dan mulia serta Indonesia bangkit dan merdeka.

Selain itu, kepada seluruh masyarakat Maluku se Pegunungan Tengah Papua, Manuputty  mengingatkan bahwa haruslah menjadi bagian dari masyarakat.

“Dimana pun kita bermukim, jangan pisahkan diri tapi jadilah bagian dari masyarakat di Pegunungan Tengah Papua,” imbuhnya.

Selain itu, dirinya juga meminta untuk menghormati nilai-nilai budaya,menghargai adat istiadat, norma-norma yang berlaku dalam masyarakat di tanah Papua umumnya dan di Pegunungan Tengah pada khususnya.

“Saya juga menghimbau kepada suku Maluku untuk menghargai pemerintah, mendukung dan ikut terlibat  dan menyukseskan program-program pemerintah,” himbau Manuputty.

Peringatan hari Pattimura ke 198 tahun 2015 ini mendapat respon yang sangat positif dari Pemda Jayawijaya. Hal tersebut dibuktikan dengan pemberian sumbangan  senilai 100 juta rupiah dari Wabup Jayawijaya kepada panitia.

(dp-25)
Share it:

Utama

Masukan Komentar Anda:

0 comments:

terima kasih telah memberikan komentar

Berita Pilihan Redaksi