News Ticker

Virus Mulai Mengancam Warga Pulau Buru

Maraknya pencemaran lingkungan yang sudah memasuki fase parah di Kabupaten Buru membuat para konsumen buah-buahan, sayur-sayuran dan penggemar ikan segar mulai resah dan kuatir untuk mengonsumsi bahan makanan yang menjadi kebutuhan sehari hari tersebut.
Share it:
Namlea, Dharapos.com 
Maraknya pencemaran lingkungan yang sudah memasuki fase parah di Kabupaten Buru membuat para konsumen buah-buahan, sayur-sayuran dan penggemar ikan segar mulai resah dan kuatir untuk mengonsumsi bahan makanan yang menjadi kebutuhan sehari hari tersebut.

Toko yang menjual Cianida dan Air Raksa
Pasalnya, sejak adanya tambang emas Gunung Botak memang diakui banyak membawa berkah namun juga sebanding dengan efek atau dampak yang buruk yang ditimbulkan akibat pemakaian Cianida (CN) dan Air Raksa yang merajalela di Namlea dan dataran Waeapo dalam penggunaan tong dan tromol.  

Fakta tersebut terpantau media ini, pekan kemarin, di pasar Namlea  dan sekitarnya dimana banyak pembeli ikan mulai merasa resah dan takut menkonsumsi ikan yang berada di dalam teluk Namlea.

Karena diduga kuat, ikan yang berada dalam teluk tersebut telah tercemar limbah merkuri dari hasil pengolahan emas yaitu Sianida dan Air Raksa. Sedangkan untuk sayur-sayuran dan buah-buahan banyak dipasok dari luar Pulau Buru misalnya kota Ambon, Makassar, Manado, Kendari, Bitung maupun pulau Jawa serta kota-kota lainnya.

Kondisi ini telah lama dirasakan penduduk yang bertempat tinggal di pulau Buru sehingga perlu adanya perhatian dari Pemerintah Daerah untuk menyikapi persoalan yang sekarang dihadapi masyarakat.

Bukan saja itu, beragam info yang berkembang selama ini bahwa semenjak adanya aktivitas tambang emas Gunung botak, warga mulai terjangkit virus dengan indikasi berbeda-beda.

Ada ibu hamil yang melahirkan, kondisi bayinya mengalami cacat. Belum lagi, ada yang terkena penyakit seperti muntaber, kejang-kejang, busung lapar, bibir sumbing, lumpu layu dan berbagai macam jenis penyakit lainnya.

Dan ini kenyataan dan fakta di lapangan, bukan rekayasa belaka terbukti saat wartawan media ini mewawancarai beberapa orang di tempat yang berbeda, mereka mengakui hal yang sama.

“Itu benar semua pak, bukan rekayasa karena setelah ada emas di Gunung Botak, penyakit juga merajalela, tidak seperti dulu,” tutur salah satu warga membenarkan kondisi yang terjadi.

Untuk itu, Pemda Buru diminta bertindak cepat guna mencegah dan mengatasi maraknya penyebaran penyakit akibat peredaran Cianida dan Air Raksa yang bebas diperjualbelikan dengan cara mengaktifkan sumua unsur yang ada di kabupaten ini melalui Dinas-dinas terkait seperti Kesehatan, Pertambangan, Disperindag , Lingkungan Hidup serta instansi terkait lainnya.

Tidak hanya itu saja, Pemda dan Kepolisian Resort Buru didesak untuk mencabut izin usaha atas nama UD. Laparisa Jaya selaku perusahan pemasok Cianida dan Air Raksa di Kabupaten Buru .

Perusahaan tersebut diduga dibekingi oleh oknum aparat serta PNS. Pasalnya, dari hasil penelusuran media ini, sang oknum aparat tersebut sering berdalih bahwa UD. Laparisa Jaya mengantongi izin akan tetapi nyatanya, dalih tersebut tak dapat dibuktikan alias kongkalikong sang oknum beking tersebut.

(Rw )
Share it:

Daerah

Masukan Komentar Anda:

0 comments:

terima kasih telah memberikan komentar

Berita Pilihan Redaksi