News Ticker

Indonesia Harus Belajar dari Maluku

Maluku akhirnya berhasil keluar dari pengalaman pahit di masa lalunya ketika terjadi konflik sosial yang melanda negeri berjuluk “Negeri Seribu Pulau” ini pada 1999 lalu.
Share it:
Tugu "Gong Perdamaian" di pusat Kota Ambon, Provinsi Maluku
Ambon, Dharapos.com
Maluku akhirnya berhasil keluar dari pengalaman pahit di masa lalunya ketika terjadi konflik sosial yang melanda negeri berjuluk “Negeri Seribu Pulau” ini pada 1999 lalu.

Pengalaman tersebut dapat dijadikan contoh bagi Indonesia untuk belajar dari Maluku.

Sebuah tugu bernama "Gong Perdamaian" pun didirikan sebagai lambang kerukunan dan kedamaian saudara besaudara di bumi Raja-raja tersebut. 

Kini seluruh komponen masyarakat terlebih komunitas umat beragama telah kembali bahu-membahu dan bekerja sama menata kembali kehidupan pela gandong yang sangat dikenal ke seantero dunia tanpa pandang suku, ras maupun agama.

Merajut kembali kasih, keakraban, persaudaraan, kekeluargaan, dan kerukunan serta toleransi antar umat beragama tanpa dibatasi oleh siapapun dan apapun.

Meski luluh lantak, namun masyarakat Maluku tetap berupaya bangkit menghapus sejarah kelam dan pahit serta optimis menatap masa depan yang lebih baik.

Sejak awal upaya perdamaian pun dilakukan dimana salah satunya lewat kearifan lokal yang dimiliki Provinsi Maluku yaitu Pela Gandong.

“Hubungan Pela - Gandong antar kampung yang berbeda agama inilah yang kemudian membuat Maluku berbeda dengan daerah lainnya di Indonesia,” cetus Kepala Kantor Wilayah Departemen Agama Promal Fesal Mussad, S.Pd, M.Pd pada kesempatan membuka secara resmi kegiatan Workshop Peningkatan Peran Jurnalis dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama Tahun 2016 bertempat di lantai 2 Swiss Bell Hotel, Kota Ambon, Kamis (11/8).

Dengan pela gandong inilah, sehingga Maluku berhasil keluar dari masalah tersebut dan sampai sekarang situasi yang sudah baik ini tetap terjaga untuk kelangsungan pembangunan di tanah ini.

Para tokoh agama hingga generasi muda Maluku menyadari betul arti sebuah kerukunan.

Mussad mencontohkan, pelaksanaan ibadah malam Natal 24 Desember, para Remaja Muslim melakukan pengamanan di gereja begitupun sebaliknya pelaksanaan malam Takbiran dan Sholat  Idulfitri, pengamanannya dilakukan kawula muda Gereja.

Belum lagi bukti konkrit kerukunan umat beragama di Maluku yaitu suksesnya penyelenggaraan MTQ Tahun 2012 dan PESPARAWI Tahun 2015 yang baru lalu.

“Dan yang luar biasanya dan membanggakan, Ketua Panitia Penyelenggaran MTQ 2012 adalah dari umat Nasrani sedangkan panitia PESPARAWI diketuai dari saudara Muslim,” ucapnya.

Karena itu, tegas Mussad, dialog antar umat beragama di Maluku sangat diperlukan karena merupakan sarana untuk mempererat kerukunan.

Hal ini juga senada dengan tujuan utama Gubernur Maluku Ir. Said Assagaff yang ingin menjadikan Maluku aman, damai, sejahtera dan religius serta menjadikan Maluku laboratorium umat beragama di Indonesia.

Perlu diketahui, pemilihan Kota Ambon sebagai tempat kegiatan karena pernah terjadi sebuah konflik dan masyarakat Ambon akhirnya menemukan solusi untuk menyelesaikannya sendiri.

Selain itu, persoalan kerukunan merupakan masalah prioritas dan harus tetap dikelola serta masuk pada program Nawa Cita Kabinet Presiden Joko Widodo  – Jusuf Kalla.

(dp-19)
Share it:

Utama

Masukan Komentar Anda:

1 comments:

terima kasih telah memberikan komentar

Berita Pilihan Redaksi