Momen peringatan hari lahir Nen Dit Sakmas, 7 September 2021 |
Langgur, Dharapos.com – Kisah Nen Dit Sakmas yang baru saja diperingati hari jadinya 7 September lalu telah menjadi sosok hebat ditengah perjalanan hidup masyarakat Maluku Tenggara.
Dialah yang menjadi
tokoh penting dibalik lahirnya Hukum Larvul Ngabal yang kini menjadi aturan
penting dalam tatanan adat masyarakat setempat.
Kisah ketokohan
perempuan Kei ini diakui benar Ketua Darmawanita Kabupaten Maluku Tenggara
Salama Renur kepada media ini dikediamannya, Selasa (14/9/2021).
"Nen Dit
Sakmas adalah sosok seorang perempuan yang hebat dan sangat luar biasa. Dengan
keterbatasannya, dia bisa berjuang sendirian
untuk menciptakan hukum adat Larvul Ngabal di negeri ini," akuinya.
Diakui Salama,
kehidupan Nen Dit Sakmas patut dicontoh masyarakat saat ini.
Hanya saja, menurut
Salama, banyak orang mengetahui dan mendengar bahkan memakai hukum adat Larvul
Ngabal setiap ada masalah tetapi mereka tidak mengetahui hukum tersebut asalnya
dari mana.
Olehnya itu,
ia mengaku merasa senang dan berterimakasih kepada Bupati M. Thaher Hanubun dan
Ketua TP PKK Kabupaten Maluku Tenggara Eva Eliya Hanubun yang telah menggali
kembali adat istiadat yang hampir punah dimakan zaman dan memprakarsai hari Nen
Dit Sakmas.
Karena
dengan digali kembalinya cerita tentang Nen Dit Sakmas tersebut maka masyarakat
bisa mengetahui sejarah yang sesungguhnya.
"Saya
sangat senang sebagai orang Kei karena
Bupati dan ibu ketua telah berusaha mengangkat kembali adat istiadat Kei yang
hampir punah dikarenakan pergantian zaman dan memprakarsai hari Nen Dit Sakmas
untuk masyarakat bisa mengetahuinya,” ucapnya.
Salama
menekankan bahwa itikad baik dan usaha dari Bupati Hanubun harus didukung penuh
oleh masyarakat Maluku Tenggara khususnya orang Kei dikarenakan pada saat ini
maraknya terjadi asusila dan pemerkosaan terhadap kaum wanita dan perempuan.
"Menurut
saya dengan adanya penggalian kembali cerita kisah hidup Nen Dit Sakmas maka
kita orang Kei bisa mengetahui sejarahnya dan kaum laki-laki bisa menghargai
saudara perempuannya sendiri karena di pulau Kei ini orang mati dikarenakan
saudara perempuannya. Tetapi saat ini, banyak kaum perempuan yang dizolimi
bahkan diperkosa,” bebernya.
Salama
secara khusus mengapresiasi Pemda yang telah menjadikan hari Nen Dit Sakmas sebagai
salah satu agenda penting dalam kehidupan bermasyarakat di wilayah itu.
Meskipun
baru dua tahun berjalan tetapi sudah dilaksanakan dengan baik oleh Pemerintah
daerah melalui kegiatan-kegiatan positif seperti napak tilas dan seminar adat.
Ia pun
berkomitmen untuk membantu Pemda dalam
upaya menggali kembali tatanan adat Kei melalui program-program sebagai upaya
perlindungan kaum wanita di Maluku Tenggara khususnya kaum perempuan Kei.
Para tokoh
adat setempat akan dilibatkan dengan sasaran di sekolah juga pemuda dan pemudi
di Kei.
“Saya merasa
perlu sekali melakukan kegiatan ini supaya kaum laki--laki bisa menjaga dan
menghormati kaum wanita Kei sebagai saudara perempuannya,” pungkasnya.
(dp-52)
Masukan Komentar Anda:
0 comments:
terima kasih telah memberikan komentar