News Ticker

Gegara Bongkar Kejahatan, Hendrik Sermatang Cs Intimidasi Guru SD Inpres 2 Adaut

Mantan Kepala SD Inpres 2 Desa Adaut, Kecamatan Selaru, Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Hendrik Sermatang kembali berulah.
Share it:

Mantan Kepala SD Inpres 2 Desa Adaut, Hendrik Sermatang
Saumlaki, Dharapos.com - Mantan Kepala SD Inpres 2 Desa Adaut, Kecamatan Selaru, Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Hendrik Sermatang kembali berulah.

Calon Kepala Desa ini dilaporkan mengintimidasi Yonias Batlayar, guru SD Inpres 2 Adaut.

Yonias Batlayar adalah narasumber yang sebelumnya membeberkan perilaku Hendrik Sermatang dan diberitakan melalui media ini.

Saat masih menjabat sebagai Kepala SD Inpres 2 Adaut, Hendrik Sermatang diduga kuat memperkaya diri dengan sejumlah aset milik sekolah seperti sejumlah sound sistem (pengeras suara) dan amplifire, loud speaker (Toa), mesin genset, profile tank (tempat penampungan air) dan infokus.

Kepada Dhara Pos, Yonias berceritera bahwa semula bertemu dengan Hendrik Sermatang untuk menunjukan berita sebelumnya dengan maksud agar mendapat penjelasan dari Yonias.

Yonias mengaku telah menjelaskan alasannya memberikan keterangan saat dihubungi oleh wartawan.

Setelah kembali ke rumahnya, Hendrik Sermatang menyuruh Ampi Letlet (anak angkatnya) untuk menjemput Yonias.

Saat tiba dirumah Hendrik Sermatang, Yonias bertemu Hendrik yang sedang ngobrol dengan Menase Ngilamele, Amuryaman Ngilamele dan Jhon Borutnaban.

Hendrik Sermatang tak banyak bicara. Dia langsung menyerahkan handphonenya dan menyuruh Yonias berbicara dengan seseorang yang diduga adalah kroninya.

"Guru, beta cuma mau bilang, guru bilang dorang disana, hapus itu berita," kata Yonias meniru pernyataan sang penelepon.

Beberapa kali Yonias meminta sang penelpon untuk menginformasikan namanya namun sang penelpon tetap merahasiakan identitasnya.

"Guru tidak perlu tahu beta ini siapa, namum perlu guru tahu, beta ini orang dekat Bupati, sehingga apapun yang beta bicara, Bupati pasti dengar sehingga pasti guru dimutasikan," ancam sang penelepon.

Setelah mengancam Yonias, sang penelepon menyuruh Hendrik Sermatang untuk memberikan Rp50.000 kepada Yonias untuk membeli pulsa telepon sehingga bisa menelpon pihak media Dhara Pos untuk meminta beritanya dihapus.

Hingga tiba di rumahnya, Yonias terus diintimidasi untuk menelpon wartawan atau pimpinan redaksi media Dhara Pos agar mencabut berita sebelumnya.

Ia bahkan diberikan batas waktu selama tiga hari. Jika tidak berhasil maka Yonias harus menerima nasibnya, yakni dipindahkan dari Adaut oleh bosnya Sermatang yang adalah orang dekat bupati.

"Ada sms (pesan singkat) yang dikirim oleh Hendrik Sermatang. Dia meneruskan sms dari Bosnya. Dia bilang saya untuk meminta wartawan hapus berita itu karena  esok atau lusa, Bupati dengan Sermatang punya bos akan datang ke Adaut," beber Yonias.

Ia mengaku merasa tak nyaman dengan ancaman dari Sermatang dan kroninya. Apalagi ancaman untuk memutasikan Yonias dari desa Adaut.

Beberapa sumber yang tak mau disebutkan namanya berkesimpulan bahwa penelpon gelap itu adalah Kostan Ette - pimpinan redaksi media Nurani Maluku, karena Hendrik Sermatang adalah salah satu anak buahnya di Adaut.

Bupati Kepulauan Tanimbar Petrus Fatlolon yang ditemui di kediamannya, Sabtu pagi (27/2/2021) memastikan pelaksanaan Pilkades serentak di 42 desa di wilayahnya itu, termasuk di desa Adaut, akan berlangsung dengan aman tanpa ada intimidasi.

"Jadi bila ada yang membawa nama saya atau barangkali pimpinan SKPD atau membawa nama Camat, saya pikir ini harus diluruskan karena kan semangat yang tadi saya sebut salah satunya itu adalah demokrasi. Demokrasi berarti tidak boleh ada pemaksaan dan apalagi intimidasi ancaman itu tidak boleh ya," tegas Bupati.

(dp-18)

Share it:

Daerah

Masukan Komentar Anda:

0 comments:

terima kasih telah memberikan komentar

Berita Pilihan Redaksi