News Ticker

Opini : Satu Jam Bersama Prof. Dr. Ir. Jamaluddin Jompa, M. Sc

Hari itu, Senin 14 September 2020 saya mencoba mengontak Dekan Pascasarjana Universitas Hasanuddin Makassar, Prof. Dr. Ir. Jamaluddin Jompa, M.Sc.
Share it:

Prof. Dr. Ir. Jamaluddin Jompa, M. Sc

Hari itu, Senin 14 September 2020 saya mencoba mengontak Dekan Pascasarjana Universitas Hasanuddin Makassar, Prof. Dr. Ir. Jamaluddin Jompa, M.Sc.

Syukur puji Tuhan handphone sang profesor diangkat dan dari seberang sana saya mendengar suara yang tidak asing lagi di telinga.

“Selamat pagi, prof…” demikian saya menyapanya. Prof Jamal (sapaan akrab) pun langsung merespon salam saya, “Apa khabar Pak Paul?”

“Khabar baik Prof, lama tak jumpa…” jawab saya. Demikian dialog kami berdurasi hampir 5 menit dan Prof Jamal mau menjamu saya di ruang kerjanya di Jalan Perintis Kemerdekaan Km. 10 Makassar, Sulawesi Selatan.

Tepat jam 09.00 waktu Makassar, saya melapor di ruang Sekretaris langsung diantarkan masuk ke ruangan Prof Jamal dan salam khas “Covid-19” menjadi sesuatu yang wajib dilaksanakan.

Pengabdian Masyarakat 

Melalui Reset Masyarakat Pesisir di Papua

Prof. Dr. Ir. Jamaluddin Jompa, M. Sc, merupakan sosok pribadi yang tidak asing lagi bagi kami pegiat NGO/ Lembaga Swadaya Masyarakat di Papua.

Keahliannya di bidang “kelautan” ditekuninya melalui salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi sebagai pengabdian masyarakat melalui penelitian ilmiah terkait dunia kelautan dan perikanan di Papua.

LSM Santa Lusia adalah salah satu mitra kerja Prof Jamal dalam rangka penguatan kapasitas masyarakat pesisir melalui advokasi lingkungan hidup laut terutama manusianya, bagaimana peningkatan pendapatan masyarakat pesisir dalam pemeliharaan terumbu karang sebagai modal tumbuh-kem

bangnya ikan tanpa merusak lingkungan.

Bersama Prof. Dr. Ir. Alex Retraubun dan Prof. Bob Wenno dari Universitas Pattimura Ambon melalui penelitiannya, menghasilkan modul pemeliharaan terumbu karang berdasarkan kearifan lokal masyarakat adat Papua yang kini digunakan sebagai bahan ajar muatan lokal untuk sekolah dasar sampai sekolah menengah di Papua.

Publikasi Hasil Riset dan Visinya Bagi Dunia Kampus 

Berbagai hasil riset yang dilakukan di Papua terkait dunia perikanan dan kelautan telah dipublikasi dalam jurnal nasional bahkan internasional.

Mantan Dekan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan ini, telah mengukir sejumlah prestasi internasional. Salah satu prestasi yang diraih Prof Jamal telah mengantarnya meraih penghargaan karya ilmiah yang dimuat pada jurnal internasional “terindex scopus dengan h-index 27”.

Atas prestasi  yang 

diperoleh, Prof Jamal mendapat penghargaan  sebagai “Peneliti Kategori Situasi” yang masuk dalam 50 besar nasional baru-baru ini.

Terpilih sebagai Dekan Pascasarjana Universitas Hasanuddin Makassar 2019 dan Ketua Presidium Forum Pimpinan Pascasarjana Perguruan Tinggi Negeri se-Indonesia, dan berbagai tanggung jawab lainnya termasuk sebagai penasihat Menteri Kelautan dan Perikanan yang menyita energi, Prof Jamal memiliki visi tentang bagaimana pengembangan sumber daya manusia di wilayah Indonesia Timur.

Demikian sejumlah gagasan menarik yang perlu diperhatikan para akademisi di kampus bagaimana memajukan kualitas output lulusannya.

Visi menurut Prof Jamal, merupakan kemampuan melihat lebih jauh ke depan, kemampuan untuk “memahami apa yang bakal terjadi” yang berkaitan dengan kemampuan melihat makna tersirat yang boleh jadi tidak terlihat oleh orang lain.

Prof Jamal lebih mereduksi makna visi pada tataran “Kemampuan Melihat Suatu Peluang.”

Baginya, dunia kam pus bukan semata menelorkan output kelulusan dengan perolehan sebuah sertifikat atau ijazah.

Dunia kampus harus mampu membentuk output kelulusannya berinovasi melalui rumusan-rumusan ilmiah dari fenomena empiriknya.

Paulus Laratmase dan Prof. Dr. Ir. Jamaluddin Jompa, M. Sc (kanan)

Demikian halnya para dosen pun memiliki kualitas mumpuni dalam mengarahkan  dan membimbing mahasiswanya melakukan riset-riset ilmiah bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai perkembangan zaman.

Dunia kampus selalu bertransformasi, adaptif dengan perubahan, menjadi pendorong akselerasi perubahan dalam suatu wilayah.

Meng-up date kondisi dengan melihat peluang-peluang yang bisa saja masih tersamar namun terbukti secara ilmiah perwujudannya pada masa masa mendatang, demikian visi dipahami sebagai kemampuan melihat peluang.

G. E. Rumphius dan Alfred Russel Wallace

Sebagai putra Maluku, saya mencoba meminta pandangan Prof Jamal terkait bagaimana pandangannya tentang dunia pendidikan tinggi di provinsi berjuluk “Seribu Pulau” ini. Sang Prof mengawali pernyataannya

“Tak satu pun negara atau bangsa bahkan wilayah maju dan berkembang, mempunyai posisi dan dikagumi dunia, jika tidak menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan keniscayaan di dalam membangun peradaban dunia.”  

Dasar filosofis Prof Jamal menjadi pijakan bagaimana konsep pemanusiaan manusia Maluku melalui dunia pendidikan tinggi.

Prof. Jamal memulai cerita yang adalah fakta sejarah dunia di mana Maluku baik Provinsi Maluku dan Maluku Utara menjadi awal peradaban konsep-konsep ilmiah melalui dua ilmuwan tersohor  dunia yaitu G. E. Rumphius (1627-1702) seorang peneliti yang tinggal di Ambon selama 50 tahun dan Alfred Russel Wallace (1823-1913) di Ternate Maluku Utara.

Rumphius melalui karya spektakulernya berjudul : Herbarium Ambonese dan D’Amboinsche Rariteitkamer menjadi rujukan ilmiah dunia akademik di seluruh dunia, sedangkan Alfred Russel Wallace yang terkenal dengan “The Letter Of Ternate,” yang ketika melalui penelitian para ahli setelah sekian tahun muncul polemik tentang teori “Evolusi” Charles Darwin dengan bukunya “The Descent of Man”. Sejatinya, asal muasal teori evolusi Darwin berawal dari “Letter of Ternate” yang keaslian dokumennya ditulis oleh Alfred Russel Wallace.

Namun terlepas dari dialektika dimaksud, menurut Prof Jamal, Maluku dan Maluku Utara harus bisa memaknai hadirnya 2 ilmuan tersohor dan disegani dunia tersebut untuk menjadikan kedua wilayah terdorong untuk memperkuat SDM dalam menguasai sains dan teknologi serta berbudaya ilmiah unggul untuk kemajuan daerah dan bangsa.

Maluku Harus Keluar Dari Jebakan

Universitas Pattimura Ambon, adalah lembaga pendidikan tinggi yang selama ini menjadi motor penggerak kemajuan SDM di Maluku.

Mengadopsi  ilmuwan-ilmuwan terdahulu seperti Rumphius dan Wallace, Prof Jamal mendorong semua perguruan tinggi di Maluku dan Maluku Utara sebagai dapur pengembangan SDM di Maluku untuk menjawab tantangan jaman dengan harus keluar dari “Konteks Jebakan.”

“Jebakan” yang dimaksudkan Prof Jamal adalah kelimpahan SDA Maluku yang melimpah, tidak serta merta akan membawa kesejahteraan bagi seluruh penduduknya.

Kekayaan alam seperti dituliskan kedua ilmuwan dan para peneliti kini, tidak serta merta akan membawa kesejahteraan masyarakat.

Prof Jamal mereduksi daerah-daerah di Indonesia secara mikro, di mana keterbatasan SDM justru memiliki korelasi dengan kemiskinan struktural. Potensi SDA laut dan darat di Maluku sangat melimpah. “Kita perlu belajar dari negara Singapura,” tegas Prof Jamal.

Singapura memiliki keterbatasan SDA namun membangun universitas yang memiliki kualifikasi internasional, menciptakan SDM mumpuni, justru mengantar Singapura menjadi negara makmur di Asia. Pertanyaannya mengapa? Jawabannya sederhana, Singapura mampu menciptakan SDM unggul melalui berbagai fakultas dan program studi yang benar-benar modern dalam mengembangkan sains dan teknologi yang sesuai dengan perkembangan jaman.

Survey menunjukkan, negara yang memiliki kelimpahan SDA, sejatinya hanya memiliki keunggulan 10 persen sedangkan 40 persen adalah inovasi teknologi melalui input dan output SDM perguruan tinggi yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. 

Dalam konteks ini, perguruan tinggi di Maluku harus menyiapkan program-program studi, fakultas yang merupakan kolaborasi antara natural sciences, social scienses bahkan ilmu-ilmu religi yang membentuk kepribadian yang berkarakter kuat, output kelulusan yang benar-benar siap menciptakan lapangan kerja. Prof Jamal menambahkan, lembaga pendidikan tinggi harus memiliki platform, kurikulum dan format yang sesuai dengan jamannya, tanpa harus membuat dikotomi di antara ilmu-ilmu dimaksud.

Penutup

Prof Jamal menutup diskusi satu jam dengan menyebut Blok Masela, perusahaan raksasa nomor dua setelah Freeport di Indonesia.

Pengalamannya di Papua melalui berbagai penelitian menunjukkan, betapa masyarakat lokal kurang menikmati hasil berbagai sumber daya dengan maksimal.

Inti dari semua resources adalah SDM yang mampu merubah kondisi kekinian masyarakat setempat. Perguruan tinggi adalah dapurnya, meramu seluruh potensi SDM, agar bisa bersaing seperti Singapura, Jepang, Cina, Korea di Asia, Eropa, Amerika dan Australia.

Blok Masela akan dapat berkontribusi menciptakan masyarakat madani yang unggul, bila SDM masyarakat setempat dipersiapkan dan dikembangkan dengan baik yang memiliki kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang memadai.

Paulus Laratmase

Direktur Eksekutif LSM Santa Lusia Biak - Papua

Share it:

Opini

Masukan Komentar Anda:

0 comments:

terima kasih telah memberikan komentar

Berita Pilihan Redaksi