Foto Ilustrasi antrian panjang di SPBU |
Dobo, Dharapos.com – Antrian panjang pada Stasiun Pengisian
Bahan Bakar Umum (SPBU) milik Rasyid di Kota Dobo Kabupaten kepulauan Aru kini
kembali disoroti warga.
Salah satunya, warga menyoal pihak SPBU yang lebih sibuk
melayani konsumen yang membeli BBM bersubsidi menggunakan jerigen.
Hal inilah yang dituding sebagai penyebab sering terjadinya
antrian panjang kendaraan baik roda dua maupun roda empat saat hendak melakukan
pengisian Bahan Bakar Minyak (BBM) di fasilitas tersebut.
Praktek ini terpantau sudah berlangsung dari tahun ke tahun
dan meresahkan masyarakat namun seolah dibiarkan oleh pihak-pihak yang
berkompeten.
Terhadap persoalan ini, sejumlah warga meminta kepada pihak
PT Pertamina agar menindak dan memberi sanksi terhadap pengelola SPBU yang
melayani pembelian premium bersubsidi dengan
jerigen di daerah itu.
"Kami minta Pertamina tindak tegas pihak SPBU karena
Iebih sibuk melayani konsumen yang membeli BBM bersubsidi menggunakan jerigen
ketimbang konsumen yang membutuhkan," ungkap salah satu warga yang meminta
namanya tidak dimuat, Jumat (30/7/2020).
Menurut sumber, PT. Pertamina harus serius menyikapi
persoalan ini karena pihak SPBU terang- terangan menyalahi Standar Operasional
Prosedur (SOP) yang sudah ditetapkan oleh Pemerintah.
Apalagi kata warga, pada Senin (27/7/2020) Kepala Depot Pertamina
Dobo saat melakukan inspeksi mendadak (Sidak), sudah melihat secara dekat
begitu banyak antrian jirigen di SPBU Rasyid dan spontan Iangsung marah-marah.
“Saat itu Kepala Depot tanya, sepeda motor muat berapa liter?
3 liter pak (jawab salah seorang tukang ojek yang kebetulan ikut antri), Ialu
mobil berapa liter? 40 liter pak (jawab salah satu sopir). Antrian panjang ini
akibat jirigen-jirigen ini! Makan terus orang kecil punya bagian/hak lama-Iama
dapat akibatnya,” bebernya menirukan ucapan Kepala Depot Pertamina Dobo.
Kepala Depot Pertamina Dobo, Mosez Keliduan saat
dikonfirmasi wartawan di ruang kerjanya, Selasa (28/7/2020) mengatakan, minyak
itu milik Pemerintah, sementara pihaknya hanya dipercayakan mengelola.
“Itu minyak Pemerintah, Pertamina hanya dipercayakan kelola.
Jadi yang berhak awasi adalah Pemerintah,” tegasnya.
Dikatakan, terkait dengan penggunaan jirigen, menurut Mosez
dikarenakan Pemerintah Daerah memberikan rekomendasi, padahal mestinya dilarang
karena minyak subsidi itu punya rakyat.
“Bapak-bapak harus tahu bahwa minyak yang ada di SPBU itu
masyarakat kecil punya. Kalau kemudian dimanfaatkan oleh orang berduit dengan
melakukan penimbunan maka masyarakat kecil mau dapat apa Iagi,” kecamnya.
Pertanyaannya sekarang, lanjut Mosez, apakah Pemerintah bisa
melakukan gebrakan untuk hal tersebut atau tidak?
“Apakah Pemerintah berani dobrak atau tidak? Jangan Ialu
kambing-hitamkan Pertamina! Hati-hati ini Mosez bukan yang lain, kalau Mosez
jang ko tipu,” cetusnya.
Mosez Ialu membeberkan, bahwa penggunaan BBM oleh setiap
Dinas/Badan/kantor harusnya menggunakan minyak Industri bukan minyak subsidi.
Penegasan itu dikarenakan, saat melakukan sidak di SPBU
Rasyid ditemukan ada pihak Puskesmas yang menggunakan rekomendasi untuk antri
minyak subsidi di SPBU.
(dp-31)
Ini mah bukan spbu dobo
BalasHapusKaga ad d bis d sono berita hoax