Bupati Kepulauan Tanimbar, Petrus Fatlolon |
Ambon, Dharapos.com – Bupati Kepulauan Tanimbar, Petrus
Fatlolon bakal meminta petunjuk langsung dari Gubernur Maluku Murad Ismail terkait
status lahan yang akan menjadi lokasi pembangunan fasilitas kilang abadi Blok
Masela.
Hal itu disampaikannya menyikapi polemik yang belakangan ini
muncul disela-sela giat survei perusahaan INPEX Co sementara ini sedang berlangsung
saat ini.
Salah satunya di desa Lermatan, Kecamatan Tanimbar Selatan,
Kabupaten Kepulauan Tanimbar.
Petrus mengaku akan melaporkan hal ini ke Gubernur Maluku Murad
Ismail guna menyikapinya.
"Saya akan laporkan kepada bapak Gubernur meminta
arahan dari beliau untuk barangkali kita sikapi ke Kementerian terkait. Karena de
facto, masyarakat memiliki tapi prinsip dasarnya, Pemerintah daerah akan
memfasilitasi untuk tidak boleh menghambat," ucap Petrus di Ambon, Kamis
(6/2/2020).
Menurutnya, masyarakat disana beranggapan sejak leluhur
tanah di Tanimbar adalah tanah adat yang dikuasai oleh masyarakat. Sedangkan Pemerintah
pusat, melalui Kementerian Lingkungan Hidup, menganggap areal tersebut masuk
dalam kawasan hutan.
Meski demikian, Petrus menjamin tak ada seorang warga
masyarakat yang menolak atau menghambat upaya survei dimaksud.
"Tidak ada satu orang pun masyarakat menolak maupun
menghambat tetapi perlu ada kejelasan terkait status tanah ini. Karena sejak
leluhur kita, tanah di Tanimbar itu adalah merupakan tanah adat yang dikuasai
oleh masyarakat. Sementara dari Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup
menetapkan kawasan itu adalah kawasan hutan. Ini yang masih beda," ungkapnya.
Dikatakan, dua atau tiga hari lalu dirinya sudah rapat
bersama dengan masyarakat, INPEX dan pemangku kepentingan adat disana. Dan semua
sudah sepakat untuk mendukung pelaksanaan survei yang saat ini INPEX lakukan.
"Bapak Gubernur juga sudah perintahkan saya memastikan
jangan ada yang menghambat Blok Masela. Ini hanya mengenai status tanah
saja," tandasnya.
Sedangkan untuk tenaga kerja, menurut Petrus, sesuatu yang
sangat penting untuk segera dilakukan.
"Kalau tidak, nanti kita terlambat sama seperti Freeport
sudah sampai puluhan tahun baru 40 persen orang Papua bekerja di perusahaan itu,"cetusnya.
Untuk itu, dirinya akan bermohon kepada Pemerintah Provinsi,
supaya membantu Pemda KKT menyiapkan SDM dibidang migas.
(dp-01)
Masukan Komentar Anda:
0 comments:
terima kasih telah memberikan komentar