News Ticker

Yayasan Sor Silai Latih Perempuan Adat Arui Das

Yayasan Sor Silai, Anggota Jaringan Baileo Maluku di Saumlaki, menggelar pelatihan keterampilan mengelola hasil hutan non kayu bagi perempuan adat desa Arui Das, Kecamatan Wertamrian, Kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB).
Share it:
Pelatihan keterampilan mengelola hasil hutan non kayu bagi perempuan adat desa Arui Das,
Kecamatan Wertamrian, MTB yang digelar Yayasan Sor Silai, 5 - 7 Oktober 2018
Saumlaki, Dharapos.com 
Yayasan Sor Silai, Anggota Jaringan Baileo Maluku di Saumlaki, menggelar pelatihan keterampilan mengelola hasil hutan non kayu bagi perempuan adat desa Arui Das, Kecamatan Wertamrian, Kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB).

Pelatihan yang digelar di Balai Desa Arui Das tersebut dilaksanakan selama tiga hari sejak Jumat hingga Minggu (5-7/10/2018).

Pelatihan ini akan kembali dilanjutkan dalam beberapa hari mendatang.

Dalam pelatihan tersebut, Yayasan Sor Silai menggandeng para pelatih yang telah berpengalaman dalam melatih perempuan adat di sejumlah desa yakni Marselina Rahankey dan Felisianus Futunanembun.

Tujuan dari proyek ini adalah untuk meningkatkan produktivitas melalui peningkatan peran serta dan pengelolaan sumber daya alam non kayu oleh perempuan adat.

“Penguatan kapasitas perempuan adat ini sebagai bagian dari penyiapan masyarakat khususnya perempuan adat untuk terampil mengelola hasil hutan non kayu, dimana kegiatan ini merupakan tahap awal program kami di desa Arui Das,” terang Simon Lolonlun, Ketua Yayasan Sor Silai.

Dikatakan, pelatihan tersebut merupakan bagian dari serangkaian kegiatan dalam program penguatan kapasitas masyarakat adat desa Arui Das di Kecamatan Wertamrian untuk memastikan pengelolaan hutan alam yang berkelanjutan.

Foto bersama perwakilan kelompok usai acara penutupan
Program pelatihan bagi perempuan adat ini dilaksanakan sebagai bentuk keberpihakan terhadap perempuan adat yang belum memaksimalkan pengelolaan hasil hutan non kayu untuk meningkatkan ekonomi rumah tangga.

“Kami melatih para ibu agar terampil memanfaatkan lidi dari daun kelapa untuk pembuatan piring, bahan dasar “kream/Kreme” (salah satu jenis tanaman yang menjalar) menyerupai rotan untuk anyaman tudung hias, serta anyaman tas dari bahan dasar daun pandan,” rincinya.

Selain untuk meningkatkan pemahaman serta peningkatan ekonomi rumah tangga, program ini digunakan juga sebagai bentuk kampanye untuk menekan terjadinya pengrusakan hutan akibat penebangan kayu untuk kebutuhan bisnis maupun peningkatan ekonomi rumah tangga.

Lolonlun menyatakan ada banyak cara untuk menghasilkan uang dari pengelolaan kayu, namun ada pula banyak manfaat dari hasil hutan non kayu yang bernilai ekonomis jika telah diolah sesuai peruntukannya.

Untuk itu, pelatihan ini diharapkan mampu menggerakkan potensi perempuan adat untuk mampu mengelola hasil hutan non kayu sehingga menambah sumber pemasukan bagi keluarga yang selama ini hanya menggantungkan kebutuhan keluarga dari bercocok tanam.

Selanjutnya hal ini juga turut menjaga kelestarian hutan alam dan berkontribusi pada penurunan emisi Gas Rumah Kaca karena pohon tidak ditebang.

“Selain melatih 50 orang perempuan adat di desa itu, kami juga mengajak Pemerintah Desa  untuk membentuk kelompok pengrajin dan terus diberdayakan sehingga nantinya kelompok pengrajin ini tetap produktif. Sementara kami juga akan bersama-sama mencari pasar yang tepat untuk menjual hasil produksi dari para pengrajin,” tandasnya.

(dp-45)
Share it:

Daerah

Masukan Komentar Anda:

0 comments:

terima kasih telah memberikan komentar

Berita Pilihan Redaksi