News Ticker

Pemkab MTB Terkesan Lamban Atasi Serangan Buaya Ganas

Pemerintah Daerah Kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB) dinilai lamban dalam mengatasi serangan buaya ganas yang telah menyerang belasan warga masyarakat di sejumlah wilayah itu secara masif selama kurun waktu lima tahun terakhir.
Share it:
Wakil Ketua DPRD MTB,  Piet Kait Taborat,
Saumlaki, Dharapos.com
Pemerintah Daerah Kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB) dinilai lamban dalam mengatasi serangan buaya ganas yang telah menyerang belasan warga masyarakat di sejumlah wilayah itu secara masif selama kurun waktu lima tahun terakhir.

“Binatang atau satwa dan manusia adalah ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Benar bahwa ada Undang-Undang perlindungan Satwa, tetapi nyawa manusia khususnya nyawa masyarakat MTB ini jauh lebih penting dan berharga dibandingkan dengan nyawa binatang atau satwa,” nilai Wakil Ketua DPRD MTB, Piet Kait Taborat, Senin (18/12).

Piet Kait menyatakan kekesalannya itu sebagai bentuk kritikan terhadap Pemkab MTB yang terkesan lamban mengatasi semakin bertambahnya korban gigitan buaya ganas kendati telah dibentuk tim penanggulangan buaya beberapa waktu lalu.

“Oleh karena itu tim yang telah dibentuk oleh Pemerintah kabupaten dalam rangka penanggulangan dan perlindungan nyawa rakyat MTB dari serangan buaya, harus difasilitasi oleh Pemkab MTB sehingga dapat berfungsi sesuai maksud dan tujuan pembentukannya,” imbaunya.

Bupati MTB, Petrus Fatlolon yang ditemui menyatakan bahwa pihaknya telah mengambil langkah dengan membentuk tim penanganan buaya dan kini sedang dalam rencana untuk menghadirkan ahli penanganan buaya dari luar daerah MTB.

“Memang kita tahu bahwa sudah hampir dua puluh orang yang menjadi korban atas gigitan buaya, dan itu terjadi dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Karena itu Pemkab telah berinisiatif mengundang Forkopimda dan melakukan pembahasan dengan dengan SKPD teknis. Kita telah bersepakat membentuk tim dimana tim itu melibatkan unsur TNI-Polri serta Badan Penanggulangan Bencana dan kita akan cek sejauh mana progres dari pembentukan tim tersebut,” paparnya.

Dia menjelaskan bahwa ahli penanganan buaya itu saatnya akan melakukan pemantauan dan kemudian menginventarisir dimana persisnya buaya berada.

Setelah itu tim tersebut akan menyampaikan konsep penanganannya kepada Pemkab untuk disikapi.

Disamping itu, Pemkab juga berencana mengundang tokoh-tokoh adat dari sejumlah desa  untuk membincangkan kejadian yang terus menelan korban itu, dalam beberapa waktu mendatang.

“Pendekatan adat nanti kita akan lakukan karena ada riwayat juga kalau ternyata ada beberapa soa di Tanimbar ini yang asal-usulnya dari buaya,” beber dia.

Bupati Petrus juga menghimbau kepada masyarakat untuk terus mewaspadai lokasi-lokasi yang diduga menjadi habitat buaya sehingga tidak terjadi hal-hal di luar dugaan.

Sebelumnya Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat mengatakan ada dua belas korban gigitan buaya semenjak tahun 2014 lalu.

Dimana tujuh orang dinyatakan meninggal dunia, sedangkan lima orang lainnya mengalami luka serius dan sempat dirawat di RSUD dr. PP. Magrety Saumlaki.

Informasi yang baru saja dirilis awal November itu mengalami lonjakan, dimana dalam dua pekan terakhir terjadi tiga kali kejadian gigitan buaya yakni satu kejadian di kecamatan Wuarlabobar, dan dua kejadian di Kecamatan Wermaktian dimana satu korban meninggal dunia yakni di desa Batu Putih.

Adapun wilayah laut yang rawan dengan serangan buaya ganas tersebut adalah perairan laut Desa Latdalam, Teluk Saumlaki yakni meliputi wilayah laut kota Saumlaki, Desa Sifnana, Bomaki dan Desa Lermatan di kecamatan Tanimbar Selatan.

Serta, wilayah Laut desa Ridool Kecamatan Tanimbar Utara, kecamatan Wermaktian dan Wuarlabobar.

(dp-18)
Share it:

Daerah

Masukan Komentar Anda:

0 comments:

terima kasih telah memberikan komentar

Berita Pilihan Redaksi