Asisten III Setda MTB saat membuka ATMB menandai dibukanya pelatihan pengembangan Tenun Tanimbar |
Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Maluku dan Perusahaan Minyak & Gas Bumi Jepang INPEX Masela Ltd, meresmikan program bersama (joint program) pengembangan Tenun Tanimbar di Saumlaki.
Program ini merupakan tindak lanjut dari hasil penandatanganan nota kesepahaman (MoU) yang dilakukan 23 Mei 2017 lalu di Ambon.
Acara peresmian dilakukan di Gedung Pemuda Saumlaki dan dihadiri oleh Asisten III Sekretariat Daerah Kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB), E.L. Siletty, Kepala UPPA SKK Migas - Luky A. Yusgiantoro dan staf, Kepala Urusan Humas SKK Migas wilayah Papua dan Maluku – Otniel L.Wafom dan stafnya Ambrosius Kelitadan.
Kemudian, perwakilan INPEX seperti Halida Hatta, Puri Minari, Donny Rijaludin, Nikson Lambyombir.
Selain itu Kepala Perwakilan BI Maluku - Bambang Pramasudi bersama staf, Kepala BRI Cabang
Saumlaki – Subagio, perwakilan Bank Maluku Malut di Saumlaki, dan perancang busana tradisional – Wignyo Rahadi, Senin (4/12).
Program bersama pengembangan tenun Tanimbar yang dilakukan oleh BI dan INPEX menitikberatkan kepada pembinaan kelompok binaan yang diharapkan mampu menjadi pionir dan contoh kelompok tenun yang memiliki daya saing dan motor pertumbuhan industri kreatif di Maluku.
Selanjutnya sejak 23 Oktober - 18 November lalu, 11 orang dari kelompok penenun itu diberikan pelatihan tentang cara menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM).
Kepala Kantor Perwakilan BI Maluku, Bambang Pramasudi mengatakan tenun ikat Tanimbar memang sudah terkenal, tetapi tantangan untuk pengembangannya masih tetap terbuka.
Untuk itu, program Local Economic Development (LED) Kantor Perwakilan (KPw) BI Maluku ini merupakan upaya menumbuhkan pusat aktivitas ekonomi baru yang disesuaikan dengan potensi dan karakteristik masing-masing daerah.
“Sejak 2016, Kantor Perwakilan BI telah menjalin kerja sama dengan Pemkab MTB dalam pengembangan Kain Tenun Tanimbar. Hal ini semakin diperkuat melalui adanya MoU dengan Perusahaan Minyak dan Gas terbesar dari Jepang, Inpex Masela Ltd. Diharapkan program ini dapat menjadi salah satu katalis dalam menggerakkan pertumbuhan ekonomi lokal, khususnya dalam sektor industri kreatif di Provinsi Maluku,” cetusnya.
Selain itu, lanjut Bambang, kain tenun masih tebal sehingga kurang nyaman dipakai, warna dan motif masih terbatas, dan apabila membeli ukurannya harus dua hingga tiga potong.
Karena itu, mulai tahun ini BI Maluku bersinergi dengan Inpex Masela meresmikan program pelatihan sekaligus memberikan bantuan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM).
Bambang katakan pula, sebetulnya beberapa tahun terakhir ini BI Maluku sudah punya binaan kelompok pengrajin kain tenun ikat Tanimbar, tetapi terkendala pada bahan dan pemasaran yang belum terlalu menggembirakan.
“Proses seleksi anggota sendiri berlangsung selama dua bulan. Kami merekrut mama-mama penenun yang tidak hanya mahir dalam menenun, namun juga benar-benar memiliki komitmen dan daya juang tinggi untuk maju. Selanjutnya mereka secara musyawarah menamakan kelompok mereka dengan nama Larsasam yang berarti Satu Hati,” ujar Wignyo Rahadi, desainer nasional sekaligus yang bertanggung jawab memberikan pelatihan di saat itu.
Untuk selanjutnya, kelompok Larsasam akan dibekali pelatihan manajemen bisnis sederhana yang akan dilakukan langsung oleh Bank Indonesia; serta pewarnaan untuk memperkaya ilmu dan teknik mereka dalam menenun.
Sementara itu, Senior Manager Advisor INPEX, Halida Hatta, mengatakan program ini adalah program lanjutan dari program pengembangan Tenun Tanimbar yang telah dirintis INPEX sejak 2013 lalu.
Halida berharap upaya ini semakin memperkaya dan memperkokoh upaya multi-stakeholders dalam merevitalisasi Tenun Tanimbar, baik sebagai budaya lokal maupun aktivitas ekonomi kreatif masyarakat Maluku Tenggara Barat.
“Program ini merupakan strategi kami untuk melestarikan kearifan lokal tersebut agar punya daya pakai dan daya jual lebih tinggi sehingga dapat mengikuti dinamika era yang semakin modern dan dikenal secara luas. Mudah-mudahan sinergi ini diyakini dapat membuat Tenun Tanimbar semakin dikenal dan digemari oleh masyarakat sehingga dapat tumbuh kembang seiring dengan proyek Masela,” ujar dia.
Kepala Urusan Humas SKK Migas wilayah Papua dan Maluku – Otniel L.Wafom mengapresiasi INPEX yang telah bekerjasama dengan BI untuk pengembangan Tenun Tanimbar. Program ini menurutnya sebagai bentuk keberpihakan SKK Migas dan INPEX bagi masyarakat disekitar daerah operasi Blok Masela.
“Pada hari ini kita bersyukur kepada Tuhan karena masih ada banyak daerah yang ada kegiatan Migas namun belum sempat terpikir untuk melakukan pendampingan-pendampingan seperti yang dilakukan oleh INPEX”katanya.
Sementara itu Bupati MTB, Petrus Fatlolon dalam sambutannya yang dibacakan oleh E.L. Siletty menyatakan upaya memperkenalkan dan mengembangkan kualitas kain tenun ikat Tanimbar sudah diupayakan lewat berbagai kegiatan yang berlangsung di dalam maupun di luar negeri. Selain itu juga melakukan kerja sama dengan para desainer nasional.
"Kegiatan ini sekaligus membuka peluang pasar dan mendorong produktivitas pengrajin serta menciptakan iklim usaha yang nyaman bagi para pengusaha," ujarnya.
Dia menyebutkan bahwa Jumlah pengrajin kain tenun ikat Tanimbar di MTB saat ini 1.715 orang yang tersebar di 10 kecamatan, dan salah satu kebijakan pihaknya untuk mendukung pemberdayaan kain Tenun Ikat Tanimbar adalah dengan mewajibkan seluruh aparatur sipil negara (ASN) untuk memakainya pada setiap hari Kamis.
(dp-18)
Masukan Komentar Anda:
0 comments:
terima kasih telah memberikan komentar