News Ticker

Korban Gigitan Buaya Ganas di MTB terus Bertambah

Semenjak 2014 lalu, sejumlah daerah di wilayah MTB dikategorikan rawan dengan serangan buaya ganas yang menyerang para nelayan hingga sejumlah korban dinyatakan meninggal dunia.
Share it:
Proses evakuasi korban gigitan buaya dilakukan dari lokasi laut Kampung Nelayan Desa Latdalam
Saumlaki, Dharapos.com 
Semenjak 2014 lalu, sejumlah daerah di wilayah MTB dikategorikan rawan dengan serangan buaya ganas yang menyerang para nelayan hingga sejumlah korban dinyatakan meninggal dunia.

Bahkan kini di tahun 2017, sudah ada dua orang menjadi korban gigitan buaya dan dinyatakan meninggal dunia yakni pada Maret lalu dimana korbannya warga asal desa Bomaki, kecamatan Tanimbar Selatan.

Sementara pada pekan kemarin bertambah satu korban lagi yang meninggal di lokasi laut kampung nelayan Desa Latdalam.

“Jadi  tahun ini jumlah korban meninggal dunia akibat gigitan buaya ganas sebanyak dua orang,” urai Sekretaris Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB), John A. Rananmase yang ditemui diruang kerjanya, Rabu (15/11).

Dia merincikan ada dua belas korban gigitan buaya semenjak tahun 2014 lalu dimana tujuh orang dinyatakan meninggal dunia, sedangkan lima orang lainnya mengalami luka serius dan sempat dirawat di RSUD dr. PP. Magrety Saumlaki.

Adapun wilayah laut yang rawan dengan serangan buaya ganas tersebut adalah perairan laut desa Latdalam, teluk Saumlaki yakni meliputi wilayah laut kota Saumlaki, desa Sifnana, desa Bomaki dan desa Lermatan di kecamatan Tanimbar Selatan serta wilayah laut desa Ridool kecamatan Tanimbar Utara.

“Tahun 2014 itu terjadi satu kali kejadian gigitan buaya, tahun 2015 itu terjadi enam kejadian, tahun 2016 terjadi tiga kali dan 2017 ini sudah dua kali,” bebernya.

Semenjak kejadian tersebut, Pemkab MTB sudah melakukan berbagai langkah penanggulangan seperti melakukan sosialisasi bagi masyarakat untuk mewaspadai wilayah – wilayah yang rawan.

Kemudian memfasilitasi setiap Pemerintah desa dan para tua adat di sejumlah desa untuk melakukan ritual adat. Karena berdasarkan tutur sejarah, serangan buaya tersebut dipercaya sebagai jelmaan para leluhur yang geram akan hal-hal tertentu.

“Selain itu di tahun 2016 kemarin ada rapat yang dipimpin oleh wakil Bupati untuk membahas langkah penanggulangan atau pencegahan dimana rapat tersebut dihadiri oleh pimpinan TNI dan Polri serta aparat SAR di Saumlaki dan kesepakatannya adalah buaya-buaya ganas itu harus dipancing lalu ditangkap,” kata Jhon.

Rencana tersebut telah ditindaklanjuti dengan proses pengajuan telaah staf dari pimpinan BPBD kepada Bupati, namun hingga kini belum ada tindaklanjut dari Dinas Perikanan sebagai penerima arahan lanjut dari Bupati.

John menyatakan pula bahwa hingga kini Pemkab MTB belum bisa memastikan penyebab terjadinya serangan buaya ganas di sejumlah wilayah tersebut termasuk belum bisa memastikan jenis buaya yang memangsa para korban.

Meskipun sebelumnya beredar informasi bahwa sejumlah buaya tersebut diduga berasal dari wilayah Australia Utara karena sempat diberitakan terjadi kerusakan penangkaran buaya, sehingga mengakibatkan banyak buaya yang berhasil meloloskan diri beberapa waktu lalu.

(dp-18)
Share it:

Utama

Masukan Komentar Anda:

0 comments:

terima kasih telah memberikan komentar

Berita Pilihan Redaksi