News Ticker

Penumpang Keluhkan Pelayanan Diatas KM. Pangrango

Sejumlah penumpang KM. Pangrango yang berangkat dari pelabuhan Yos Sudarso Ambon menuju Saumlaki, Kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB) dan pelabuhan Tiakur, Kabupaten Maluku Barat Daya (MBD) akhirnya angkat bicara soal pelayanan di atas kapal tersebut.
Share it:
KM. Pangrango milik PT. Pelni yang melayari sejumlah wilayah di Provinsi Maluku
Saumlaki, Dharapos.com 
Sejumlah penumpang KM. Pangrango yang berangkat dari pelabuhan Yos Sudarso Ambon menuju Saumlaki, Kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB) dan pelabuhan Tiakur, Kabupaten Maluku Barat Daya (MBD) akhirnya angkat bicara soal pelayanan di atas kapal tersebut.


Pasalnya, pihak pengelola terkesan membiarkan terjadinya praktek penjualan tempat tidur di atas kapal oleh sejumlah oknum buruh pelabuhan Yos Sudarso Ambon.

“Saat tiba di atas kapal, sejumlah tempat tidur sudah ditempati oleh para buruh sembari menawarkan kepada kami para penumpang untuk membeli tempat tidur jika kami ingin gunakan. Kami sempat adu mulut dengan mereka tetapi harus mengalah karena terpaksa. Aneh juga, karena para ABK yang lewat hanya bisa senyum melihat kondisi ini,” heran Ny. Popy (34), salah satu penumpang KM. Pangrango didampingi sejumlah penumpang lainnya saat turun dari kapal di pelabuhan Saumlaki.

Dikatakan, praktek penjualan tempat tidur kapal oleh sejumlah oknum buruh itu variatif yakni dari kisaran Rp 30.000,- hingga Rp75.000,- per tempat tidur.

“Saya sempat berdebat juga dengan salah satu penjual tempat tidur, tetapi dia dengan santai balik bertanya kepada saya bahwa mau gunakan tempat tidur atau tidak karena masih banyak penumpang yang membutuhkan. Tanpa basa-basi, saya pun memutuskan untuk membayar daripada harus tidur di lantai kapal,” sambung Akon (22), penumpang tujuan pelabuhan Tiakur.

Penumpang lain yang enggan diberitakan namanya juga mengaku kesal dengan pihak pengelola kapal yang terkesan membiarkan oknum buruh pelabuhan beraksi sebelum kapal berlayar.

“Di dinding kapal pada seluruh ruangan itu ada ditempel pemberitahuan dari nahkoda bahwa dilarang menjual tempat tidur dan atau kasur, tapi toh tidak ada pengawasan. Sebenarnya ini pembiaran atau memang ada kurang pengawasan? Atau jangan-jangan ada kesepakatan diam-diam antara pihak kapal dengan oknum buruh,” kesal sumber.

Mereka berharap agar PT. Pelni segera menyikapi persoalan ini sehingga ke depan praktek jual beli tempat tidur penumpang kapal itu tidak terulang lagi.

Mualim 1, Laode Mohammad Albaqir (tengah) didampingi Kepala PT. Pelni Cabang Saumlaki Obedh Manuhua (kanan) dan stafnya saat ditemui di ruang nahkoda KM. Pangrang, Jumat (21/7)
Sementara itu, pihak kapal yang dihubungi membantah dugaan para penumpang tentang adanya kesepakatan gelap mereka dengan para oknum buruh pelabuhan Ambon.

“Kalau kami dinilai seperti itu maka itu fitnah. Peraturan soal Standar Operasional Pelayanan atau SOP itu sudah kita terapkan, dimana saat penumpang naik di atas kapal, kita sudah umumkan bahwa tempat tidur maupun kasur di atas kapal itu tidak diperjualbelikan sehingga bagi penumpang yang melihat ada oknum yang melakukan itu maka laporkan kepada kita. Tetapi kenyataannya para penumpang tidak mau melaporkan malah membayar ,” ujar Laode Mohammad Albaqir, Mualim 1 KM. Pangrango.

Ia mengaku jika fenomena praktek tak terpuji itu nyaris terjadi pada seluruh kapal penumpang di sejumlah daerah namun kian berkurang seiring adanya pengawasan yang ketat oleh pihak keamanan kapal dan unsur otoritas masing-masing pelabuhan yang dibantu TNI/Polri.

“Kalau kapal tipe 500 seperti Pangrango ini pengamanannya kurang diperhatikan dan hanya untuk kapal dengan kapasitas besar. Nah, kita ingin adanya kerjasama pengamanan dari pihak darat seperti saat penumpang banyak tapi begitulah,” bebernya.

Laode yang didampingi Kepala Kantor PT. Pelni Sub Cabang Saumlaki, Obedh Manuhua, mengaku sering pasrah melihat perilaku oknum buruh pelabuhan yang nakal di atas kapal karena kekurangan tenaga keamanan, serta sering diancam oleh oknum buruh nakal saat ditegur.

Karena itu, dia berharap keluhan para penumpang tersebut bisa menjadi perhatian semua pihak untuk terus membantu meningkatkan pengawasan di atas kapal saat berlabuh di pelabuhan Ambon.

KM. Pangrango merupakan kapal laut penumpang tipe 500 pax milik PT. Pelni yang memiliki rute perjalanan laut mencakup sejumlah daerah di Maluku.

Seperti kapal laut lain milik Pelni, KM Pangrango juga mengadopsi nama gunung yang berada diantara Kabupaten Bogor, Cianjur dan Sukabumi, yaitu Gunung Pangrango yang memiliki ketinggian 3019 meter di atas permukaan laut.

KM Pangrango memang tidak begitu besar karena hanya mampu memuat 500 orang penumpang saja, dengan harga tiket yang dibagi dalam 3 kelas berbeda, yaitu Kelas 1 dengan daya tampung 10 orang, Kelas 2 dengan daya tampung 24 orang dan Kelas Ekonomi dengan daya tampung 466 orang penumpang.

(dp-18)
Share it:

Daerah

Masukan Komentar Anda:

0 comments:

terima kasih telah memberikan komentar

Berita Pilihan Redaksi