News Ticker

Kembali Beraksi di MTB, Warga Latdalam Jadi Korban Gigitan Buaya Ganas

Warga desa Latdalam, Kecamatan Tanimbar Selatan, Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Senin subuh (5/12) digemparkan dengan hilangnya Melkianus Rangkoratat (28), salah seorang nelayan yang melaut bersama tiga orang rekannya.
Share it:
Proses pencarian korban oleh petugas dibantu masyarakat setempat
Saumlaki, Dharapos.com
Warga desa Latdalam, Kecamatan Tanimbar Selatan, Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Senin subuh (5/12)  digemparkan dengan hilangnya Melkianus Rangkoratat (28), salah seorang nelayan yang melaut bersama tiga orang rekannya.

Kepala Kepolisian Sektor Tanimbar Selatan, AKP. Danny Jambormias kepada media ini menuturkan bahwa pada mulanya ayah tiga orang anak ini pergi melaut dengan tiga orang rekannya di seputaran muara sungai Desa Latdalam yang kerap ditemukan sejumlah buaya oleh warga setempat.

“Teman korban berceritera bahwa pada pukul 02.30 WIT, mereka ke laut untuk menyelam ikan. Dua orang ke dasar laut menyelam sementara dua orang di perahu dan tertidur. Tiba-tiba yang tidur di depan perahu mendengar bunyi air dan saat dia terbangun, ternyata temannya sudah tidak ada,” bebernya.

Saat dua orang temannya naik ke permukaan, dan mendapati salah seorang temannya sudah tidak ada lagi, mereka pun bergegas kembali ke darat untuk melaporkan kepada pihak Pemerintah desa yang kemudian ditindaklanjuti dengan meminta bantuan kepada kepolisian.

Saat tim Polair bersama masyarakat melakukan pencarian di lokasi kejadian hingga seputaran muara sungai, ternyata ditemukan korban yang sementara dalam gigitan buaya di dasar laut.

“Mereka pun menikam buaya bahkan ada tembakan dari aparat dan akhirnya buaya melepas korban dan melarikan diri,” lanjut Djambormias.

Saat korban diangkat dari dasar laut, ternyata kondisinya sudah meninggal dunia. Korban diduga habis nafas saat di dasar laut karena tak mampu melepaskan dirinya dari gigitan dan dekapan buaya.

Korban Melkianus Rangkoratat (28)
“Meskipun jasad korban masih utuh, namun terdapat sejumlah luka sobekan di sekujur tubuh korban seperti di kepala, wajah maupun dada sebelah kiri,” tambahnya.

Kejadian di desa Latdalam ini menurutnya sudah berulang kali bahkan sering kali korban meninggal dunia, namun hingga kini belum ada penanganan serius oleh Pemerintah daerah setempat.

Selama ini menurutnya, masyarakat setempat masih menggunakan ritual adat untuk mencegah agar tidak terjadi lagi peristiwa serupa, sehingga dalam waktu dekat pihaknya akan mengajak masyarakat diwilayah hukumnya itu untuk kembali menggelar ritual yang sama sambil menanti langkah penanganan oleh Pemerintah Daerah MTB.

“Di desa Latdalam itu ada salah satu mata rumah yang dipercaya punya hubungan historis dengan buaya, dimana pada saat kejadian kali lalu itu sudah dilakukan ritual adat. Oleh karena itu, saya sudah berdiskusi dengan Pemerintah desa dan pihak keluarga tersebut untuk kita sediakan waktu agar dilakukan lagi ritual adat dalam beberapa hari mendatang,” sambung Djambormias.

Ia menambahkan bahwa berdasarkan keterangan yang diperoleh dari masyarakat, selama ini mereka sering melihat buaya muncul di laut atau di seputaran muara sungai, sehingga dipastikan bahwa kawasan itu terdapat banyak buaya liar yang perlu ditangani serius.

Sehingga tidak lagi menjadi ancaman bagi masyarakat setempat, teristimewa bagi para nelayan yang hendak melaut setiap saat.

“Berdasarkan pantauan kami selama ini, di wilayah MTB ini hanya ada dua lokasi yang rawan dari serangan buaya ganas yakni di desa Latdalam dan di seputaran Teluk Kota Saumlaki namun hingga saat ini belum ditangani serius oleh Pemkab sebagai jaminan rasa aman kepada masyarakat,” kembali beber Djambormias.

Kapolsek saat berdiskusi dengan Pemerintah desa dan pihak keluarga korban agar dilakukan  ritual adat dalam beberapa hari mendatang
Maka dari itu, persoalan ini semestinya sudah menjadi perhatian serius oleh Pemerintah daerah karena hingga saat ini, tercatat sudah ada lebih dari 10 orang korban gigitan buaya yang terjadi semenjak 2014 silam.

Untuk diketahui, semenjak pertengahan tahun 2014 lalu, beberapa kawasan di Kabupaten MTB seperti di Kecamatan Selaru, Tanimbar Selatan dan Kecamatan Wermaktian masuk dalam kategori berbahaya dan rawan gigitan buaya ganas.

Tercatat hingga kini, korban yang meninggal dunia akibat gigitan buaya ganas sudah melebihi 10 orang.

Wakil Bupati MTB, Petrus P. Werembinan, SH beberapa waktu lalu menjelaskan bahwa Pemda dan Kepolisian setempat telah melakukan berbagai  upaya penanganan seperti sosialisasi bahaya gigitan buaya dan melarang warga untuk tidak melaut pada malam hari secara sendiri-sendiri.

Selain itu, melakukan ritual adat di sejumlah desa sebagai bentuk penghormatan akan tradisi masyarakat adat sebagaimana yang diusulkan oleh pemerintah desa dan tua-tua adat, hingga rencana penangkapan buaya.

Namun masih terbentur dengan sejumlah kendala seperti minimnya fasilitas dan pendanaan.

(dp-18)
Share it:

Utama

Masukan Komentar Anda:

0 comments:

terima kasih telah memberikan komentar

Berita Pilihan Redaksi