News Ticker

DKP MTB Genjot Strategi Peningkatan Produktivitas Rumput Laut

Pemerintah Daerah Kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB) melalui Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) setempat saat ini sedang gencar-gencarnya melakukan berbagai strategi untuk kembali meningkatkan produktivitas rumput laut yang merosot beberapa tahun terakhir.
Share it:
Venantius Batlayeri
Saumlaki, Dharapos.com
Pemerintah Daerah Kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB) melalui Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) setempat saat ini sedang gencar-gencarnya melakukan berbagai strategi untuk kembali meningkatkan produktivitas rumput laut yang merosot beberapa tahun terakhir.

Rumput laut ini oleh Kementrian Kelautan dan Perikanan dikembangkan dalam sebuah akronim yang disebut GEBRAK atau Gerakan Bersama Rakyat menanam rumput laut.

“Di MTB dikembangkan semenjak 2006 sampai 2010 dan mencapai puncak produksi dengan harga yang sangat ekonomis. Hanya saja di dua tahun terakhir mengalami stagnan dan kurva produksinya menurun,” tutur Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan MTB, Venantius Batlayeri saat ditemui di ruang kerjanya, Selasa (6/12).

Menurutnya, penurunan produktivitas rumput laut di MTB itu disebabkan oleh beberapa faktor yakni adanya hama jenis ice-ice yang menyerang rumput laut dan tidak ada penanganan sehingga mengakibatkan kualitas rumput laut menurun, bahkan kurang diproduksi oleh pembudidaya.

“Penyakit ice-ice ini banyak menyerang rumput laut yang ditandai dengan timbulnya bintik putih atau bercak - bercak pada sebagian thallus yang lama kelamaan kehilangan warna dan menjadi putih dan akhirnya terputus. Penyakit ini  timbul karena adanya mikroba yang menyerang tanaman rumput laut yang lemah” katanya.

Untuk itu, langkah yang dia lakukan semenjak dilantik sebagai Kadis DKP beberapa bulan kemarin adalah menemui langsung para pembudidaya untuk melihat dan berdiskusi secara langsung guna mengetahui realitas dan keluhan para pembudidaya.

Dijelaskan, sebenarnya hama itu tidak semata-mata terjadi, tetapi muncul dari ketidakseriusan dalam mengelolah usaha secara baik.

Masyarakat sudah lupa akan syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam pembudidayaan rumput laut seperti pembelian bibit.

“Banyak masyarakat yang karena usahanya sudah berkembang lalu tidak mensortir stake yang dipakai sebagai bibit. Stake yang sudah tua itu ketika tidak dipotong dan dibuang maka akan dengan mudah diserang penyakit,” bebernya.

Batlayeri mengakui bahwa persoalan tersebut terjadi karena turut disebabkan pula oleh kurang maksimalnya pengawasan dan pembinaan secara intensif kepada para pembudidaya rumput laut.

Padahal seyogyanya para tenaga pendamping dari DKP memiliki peran dalam memberikan pemahaman dan pembinaan secara terus menerus bagi para pembudidaya di setiap desa.

Untuk itu, dalam waktu dekat pihaknya bakal melakukan berbagai terobosan seperti menerjunkan tenaga pendamping ke setiap desa untuk melakukan pembinaan dan pendampingan.

Selain itu, Pemkab MTB berencana mengambil peran sebagai pembeli dengan cara bekerja sama dengan beberapa buyern dari Surabaya sehingga bisa mendongkrak semangat para pembudidaya untuk memperbaiki mutu produksinya, serta perlu diintensifkannya kebun bibit sehingga penyediaan bibit yang baik bagi para pembudidaya terus tersedia.

“Saya optimis, jika strategi ini dilakukan maka pasti ada peluang bagi para pembudidaya, dan selanjutnya akan ada peningkatan pendapatan keluarga seperti tahun-tahun lalu yang angka pendapatan per pembudidaya itu diatas kisaran satu juta rupiah hingga ratusan juta rupiah, dan itu berpengaruh juga terhadap kontribusi bagi PAD kita yang saat itu mencapai satu milyart rupiah lebih, tetapi saat ini menurun hingga lima ratusan juta rupiah” pungkasnya.

(dp-18)
Share it:

Ekonomi dan Bisnis

Masukan Komentar Anda:

0 comments:

terima kasih telah memberikan komentar

Berita Pilihan Redaksi