News Ticker

Aparat Diingatkan Tak Semena-mena Kepada Masyarakat

Terjadinya aksi penganiayaan yang dilakukan aparat TNI di sejumlah wilayah di Indonesia termasuk di Maluku seperti yang terjadi di Kota Tual oleh 4 orang oknum TNI AL terhadap Ricko Waremra dan beberapa rekannya membuat sejumlah pihak angkat bicara.
Share it:
Ilustrasi bentrok aparat TNI dan masyarakat
Tual, Dharapos.com
Terjadinya aksi penganiayaan yang dilakukan aparat TNI di sejumlah wilayah di Indonesia termasuk di Maluku seperti yang terjadi di Kota Tual oleh 4 orang oknum TNI AL terhadap Ricko Waremra dan beberapa rekannya membuat sejumlah pihak angkat bicara.

Mereka mengingatkan para aparat TNI untuk tak semena-mena kepada warga masyarakat.

Kepada Dhara Pos, salah satu tokoh masyarakat setempat yang meminta namanya tidak dipublikasikan menyesalkan tindakan penganiayaan yang dilakukan oleh oknum aparat terhadap warga masyarakat.

“Selaku tokoh masyarakat, kami sangat menyesalkan terjadinya insiden ini, kenapa harus berujung pada penganiayaan atau tindak kekerasan,” sesalnya.

Sumber pun mempertanyakan, apakah aksi ringan tangan tersebut memang sudah menjadi salah satu kebijakan yang diberlakukan oleh suatu institusi seperti TNI dalam menyelesaikan persoalan yang berkaitan dengan masyarakat.

Karena, menurutnya, fakta yang terjadi selama ini telah membuktikan, jika ada persoalan atau masalah yang melibatkan aparat TNI dengan masyarakat maka solusi yang dikedepankan adalah penganiayaan, pemukulan hingga berbagai aksi kekerasan lainnya.

“Ini fakta yang terjadi selama ini dan tidak ada seorang pun yang bisa membantahnya termasuk institusi yang menaungi para oknum pelaku. Dan ini bukan hanya terjadi di Kota Tual saja tetapi rata-rata sama di seluruh Indonesia. Artinya pukul dulu sampai babak belur nanti tanyanya belakangan,” cetusnya.

Sumber pun kembali menyinggung soal aksi penganiayaan yang sama pada beberapa hari sebelum berlangsungnya peringatan 17 Agustus di Desa Seira, Kabupaten Maluku Tenggara Barat oleh oknum Satgas TNI AD terhadap salah satu warga setempat sebagaimana pemberitaan Dhara Pos edisi sebelumnya.

Penyebabnya, hanya gara-gara tak terima kalah dalam pertandingan sepak bola yang digelar dalam rangka memeriahkan peringatan HUT Kemerdekaan RI ke 71.

“Hanya gara-gara tak terima kalah, lalu masyarakat yang jadi korban dan dihajar sampai habis-habisan,” herannya.

Kemudian, tak lama berselang belasan oknum aparat TNI AU melakukan penganiayaan terhadap 2 jurnalis dan belasan warga di Medan terkait masalah lahan.  

Sumber pun menyindir soal keberadaan oknum aparat yang juga adalah warga masyarakat yang terkesan lupa diri soal identitas dirinya.

“Kan kita semua statusnya sama, cuma yang membedakan warga masyarakat biasa tak pakai baju dinas sementara aparat pakai baju dinas. Tapi bukan berarti gara-gara pakai baju dinas lalu menjadi berkuasa dan kemudian sesuka hati dan semena-mena kepada masyarakat. Dan hal ini yang seharusnya menjadi perenungan kita bersama,” sindirnya.

Sumber pun sembari membumbui dengan nada guraunya, melontarkan jika diadukan secara jantan, mungkin saja akan terbalik situasinya.

“Tapi ini kan persoalannya adalah karena baju dinas dan kartu anggota. Mereka anggota TNI kami anggota masyarakat biasa. Kalau bahasa kasarnya anggota boleh pukul masyarakat, sementara masyarakat tidak boleh pukul anggota karena masalahnya nanti bisa rumit,” ujarnya diselingi tawa.  

Olehnya itu, apapun persoalannya baik karena dipicu kesalahan oknum aparat atau warga masyarakat maka harus bisa diselesaikan dengan baik.

Merujuk pada insiden penganiayaan oleh 4 oknum aparat TNI AL terhadap  Ricko Waremra cs, sumber pun meminta pimpinan institusi dalam hal ini Lanal Tual untuk lebih tegas terhadap anak buahnya.

“Kami mengapresiasi respons cepat yang dilakukan petinggi Lanal Tual dan jajaran POMAL Tual yang langsung mengambil langkah tegas terhadap ke empat anggotanya,” ucapnya.

Dan, sumber pun menaruh kepercayaan penuh kepada pimpinan Lanal Tual dalam memberlakukan sanksi tegas atau ganjaran yang setimpal dengan perbuatan para oknum tersebut sehingga memberikan rasa keadilan di hati masyarakat terlebih pada pihak korban dan keluarga.        

Meski demikian, ia pun mengharapkan agar kejadian seperti ini tidak terulang kembali.

“Apapun alasannya, yang namanya tindakan kekerasan atau aniaya itu dilarang hukum negara maupun hukum agama sehingga marilah kita mengedepankan kedua hal tersebut sebagai dasar utama dalam menjalankan tugas juga menyelesaikan berbagai persoalan yang terjadi sehingga solusi yang dihasilkan pun berdampak baik kita semua,” harapnya.

Sebelumnya, Ricko Waremra dan dua rekannya babak belur dihajar sejumlah oknum anggota TNI AL Tual di areal depan tempat hiburan Karaoke Venesia, beberapa waktu lalu.

Insiden tersebut dipicu persoalan sepele dimana Ricko cs keberatan dengan aksi merekam video  yang di lakukan salah satu pegawai Wings Air yang saat itu bergabung dengan beberapa oknum Anggota TNI AL yang sudah berada di bawah pengaruh minuman keras.

“Saat itu saya bersama beberapa rekan kerja sedang menyantap minuman jenis Bir merek Angker lalu kami sama turun untuk melantai bersama,” bebernya, saat dikonfirmasi Dhara Pos di RSUD Karel Satsuitubun pasca insiden keributan di areal Karaoke Venesia.

Namun, tak disangka, salah satu oknum pegawai Wings sengaja mengabadikan aktivitas Ricko dan rekan-rekannya.

“Lalu teman kami berusaha mencegatnya dengan menegur agar tidak melakukan perekaman video,” lanjutnya.

Ternyata, dari situ berlanjut keluar, sejumlah oknum anggota TNI AL langsung menyerang Ricko cs.
Ricko kemudian berupaya untuk mengingatkan, namun tiba-tiba salah oknum aparat TNI langsung mencekik lehernya lalu mendorong hingga jatuh ke belakang.

“Kepala saya jatuh terbentur ke dinding hingga sakit. Itu pun saya masih dikejar beberapa anggota lainnya lalu melakukan pemukulan hingga saya kembali jatuh. Saya sempat mengambil batu lalu lempar mereka tapi tetap saya di kejar,” sambungnya.

Kemudian, salah satu dari mereka mengambil batu lalu memukul wajah dan kepala Ricko.

“Luka di kepala saya mendapat 8 jahitan sedangkan di bawah pelipis mata 6 jahitan,” ujarnya.

Terkait insiden tersebut, Komandan Detasemen Polisi Militer Lanal Tual Mayor Laut PM Ihwan Sukawati kemudian bertindak cepat dengan menyampaikan klarifikasi kepada masyarakat terkait persoalan yang melibatkan beberapa oknum anggota TNI AL dengan Ricko cs yang diketahui berstatus pegawai Kantor Syahbandar Tual.

“Terkait dengan persoalan ini, terjadi karena kesalahpahaman antara beberapa oknum anggota TNI AL dan beberapa pegawai Syahbandar di depan Karaoke Venesia,” ungkapnya saat menyampaikan keterangan kepada wartawan sekaligus menjelaskan terkait kronologis hingga tindakan tegas yang telah diberlakukan kepada ke 4 oknum anggota TNI AL tersebut.

Dikatakan, berdasarkan informasi yang diperoleh pihaknya, salah satu pegawai Syahbandar yang sedang buang air kecil sempat mengenai kaki oknum anggota AL, maka dari situlah kemudian memicu terjadinya pertengkaran.

“Karena kedua belah pihak sudah berada di bawah pengaruh alkohol,” sambungnya.

Ditegaskan Dan POM AL, ke 4 pelaku berinsial S, Y, W dan M langsung ditahan di sel POM AL dan sementara dilakukan penyelidikan.

Sementara Wakil Danlanal, Mayor Laut (P) Kusumo Atmajo juga membenarkan atas penyampaian oleh pimpinan POM AL agar hal tersebut tidak mencoreng nama institusi.

“Kita ini semua mitra kerja, jadi marilah kita menciptakan yang terbaik agar daerah ini lebih maju. Karena tidak ada untungnya jika kita hidup bermusuhan,” tandasnya.

Ditegaskan, permasalahan ini bukan antara institusi TNI AL dan Syahbandar Tual tapi ini hanya persoalan internal beberapa oknum saja yang saling berselisih.

“Dan kami selaku pimpinan akan tetap memproses anggota kami sesuai aturan yang berlaku,” tukasnya.

Wadanlanal juga pada kesempatan tersebut menyampaikan ucapan terima kasih dan apresiasi kepada rekan-rekan pers yang meluangkan waktu guna mengonfirmasi terkait persoalan ini agar dapat dipublikasikan kepada masyarakat.

(dp-20)
Share it:

Utama

Masukan Komentar Anda:

0 comments:

terima kasih telah memberikan komentar

Berita Pilihan Redaksi