News Ticker

Diduga, Kepala Ketahanan Pangan SBB Sikat Bantuan IFAD Miliaran Rupiah

Kepala Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Seram Bagian Barat Ajais diduga kuat telah menyikat dana bantuan International Federation Associtioan Development (IFAD) dari negara Inggris senilai milyaran rupiah.
Share it:
Ilustrasi dana bantuan sosial
Piru, Dharapos.com
Kepala Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Seram Bagian Barat Ajais diduga kuat telah menyikat dana bantuan International Federation Associtioan Development (IFAD) dari negara Inggris senilai milyaran rupiah.

Dana bantuan tersebut merupakan hasil kerja sama Pemerintah Pusat dengan Pemerintah daerah SBB melalui penandatanganan MoU sejak 2011 lalu untuk bantuan sosial bagi kelompok tani di sejumlah desa se SBB.

Ajais diduga tak sendiri melainkan bersama bawahannya Kepala Perencanaan Keuangan, Simon Mailoa.
Sesuai informasi yang dihimpun dari salah satu sumber terpercaya media ini, bahwa berdasarkan penandatanganan MoU Pempus dan Pemda SBB, diputuskan dana yang masuk ke rekening per kelompok di 22 desa yang diperuntukkan bagi bantuan sosial. Dan setiap kelompok tani yang berjumlah 15 orang harus menerima Rp. 100 juta rupiah.

Namun, ternyata baru diketahui jika ke 22 kelompok tersebut hanya dijatahi masing-masing Rp. 25 juta rupiah terhitung sejak tahun 2012-2015.

Sejumlah kelompok yang mendapat jatah bantuan sosial ini di 22 Desa diantaranya, desa Lumoly, Ety, Morekau, Kawa, Loky,  dan beberapa desa  lainnya.

“Kepala Badan Ketahanan Pangan SBB Ajais dan Kepala Perencanaan Simon Mailoa yang merupakan penanggung jawab utama dalam menangani pengaturan aliran dana IFAD bagi kelompok tani di SBB,” beber dia.

Sumber mengungkapkan, bantuan IFAD  yang di berikan untuk kelompok tani dalam se tahun itu dicairkan sesuai rekomendasi yang diberikan pihak terkait oleh masing-masing kelompok hanya sebesar Rp.25 juta rupiah bukan Rp.100 juta rupiah.

Bahkan parahnya, ungkap dia pula, kelompok tani yang notabene tidak aktif lagi masih dipaksakan untuk mendapatkan bantuan, hal tersebut untuk meraih keuntungan yang besar.

“Bahkan kelompok tani yang dinamakan kelompok federasi terdiri  dari 10 kelompok di bentuk di tahun 2012 yang harus mendapat jatah sebesar Rp. 100 juta rupiah itu, ternyata hanya mendapatkan Rp. 24.700.000 rupiah per kelompok,” ungkap sumber.

Lanjutnya, untuk menutupi kebusukan yang ada, oknum-oknum tersebut juga ditengarai telah melakukan manipulasi pencairan bahkan manipulasi data kelompok tani untuk mendapatkan keuntungan hingga ratusan juta rupiah.

Dengan adanya fakta ini, sumber meminta pihak Kejaksaan Negeri Dataran Hunipopu atau Kejaksaan Tinggi Maluku untuk segera melakukan pengusutan terhadap jejak anggaran dimaksud, karena disinyalir penyalurannya tak sesuai di lapangan.

Sementara itu, Kepala Badan Ketahanan Pangan SBB Ajais, saat dikomfirmasi di ruang kerjanya baru-baru ini, enggan untuk memberikan data jumlah kelompok tani dan jumlah uang yang dicairkan melalui rekening petani.

Menurutnya, selaku Kuasa Pengguna Anggaran, dana IFAD yang diberikan kepada masing-masing kelompok diberikan dalam dua tahap dengan besar jumlah uang yang bervariasi.

Katanya, dana yang nilainya ratusan juta untuk satu kelompok tidak bisa diberikan semuanya dengan alasan harus bertahap karena ada penilaian sesuai berhasil tidaknya kinerja kelompok tani dimaksud.

“Lantas kalau kinerja kelompok tani buruk lalu harus beta berikan dia ratusan juta, musti beta berikan dana sebesar ini dengan hasil penilaian petani, karena untuk mengucurkan anggaran ratusan bagi kelompok tani harus diajukan ke Badan untuk kegiatan fisik,  sehingga badan mengeluarkan dana sesuai permintaan,” cetus Ajais.

Ketika diminta untuk menunjukkan jumlah data kelompok tani yang sudah terbentuk sejak tahun 2012-2015, dirinya mengelak, bahkan beralibi bahwa harus kordinasi dengan Bupati Jacobus F Puttileihat dan Sekda Mansur Tuharea agar keduanya mengetahuinya.

Malah sebaliknya, Ajais meminta untuk memberitahukan sumber yang memberikan keterangan atas dugaan tersebut.

Lain pula dikatakan salah satu staf  yang juga orang kepercayaan Ajais selaku Kepala Perencanaan keuangan Badan Ketahanan Pangan SBB, Simon Mailoa yang juga penanggung jawab dalam penanganan bantuan IFAD tersebut.

Menurutnya, untuk persolan dana IFAD dirinya tidak bisa membeberkannya karena takut kalau apa yang disampaikannya nanti tidak sama dengan pimpinannya.

“Kalau mau tahu yang sebenarnya terkait masalah bantuan tersebut, tanyakan saja kepada pimpinan saya, karena beliau lebih tahu,” ucapnya dengan nada kasar.

Saat disinggung dana IFAD, ia juga mengelak, bahkan dengan suara lantang.

“Kamu wartawan datang ketemu saya mana surat perintah untuk konfirmasi dengan saya, tanya saja kepada PPK,  atau Kuasa Pengguna Anggrana (KPA),” elaknya dengan nada keras.

(dp-26)
Share it:

Utama

Masukan Komentar Anda:

0 comments:

terima kasih telah memberikan komentar

Berita Pilihan Redaksi