News Ticker

Astaga, KM Sabuk Nusantara 33 Perlakukan Penumpang Layaknya Binatang Peliharaan

Pelayanan yang diberikan KM Sabuk Nusantara 33 saat melayari rute Geser, Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT) dengan tujuan kota Ambon, Jumat (24/7) benar-benar telah mengecewakan para pengguna alat transportasi tersebut.
Share it:
Salah satu bak air yang kosong, terletak di
WC KM. Sabuk Nusantara 33 
Ambon, Dharapos.com
Pelayanan yang diberikan KM Sabuk Nusantara 33 saat melayari rute Geser, Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT) dengan tujuan kota Ambon, Jumat (24/7) benar-benar telah mengecewakan para pengguna alat transportasi tersebut.


Padahal, seiring dengan janji Menteri Perhubungan RI, Ignatius Jonan untuk memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat pengguna transportasi laut di Provinsi Maluku saat kunjungannya beberapa waktu lalu telah memberikan harapan baru bagi masyarakat.

Namun, janji sang Menteri ternyata hanya isapan jempol semata, karena faktanya berbanding terbalik dengan kenyataan di lapangan.

Wujud pelayanan yang diharapkan masyarakat di provinsi berjuluk “Negeri Seribu Pulau” ini ternyata tidak jauh lebih baik malah sebaliknya sangat jauh dari harapan, bahkan boleh dikata tidak manusiawi.

Hal ini terbukti dengan pelayanan yang diterima masyarakat saat menggunakan jasa KM. Sabuk Nusantara 33 yang selama ini melayari rute Ambon – Bemo (Werinama) – Kilmuri - Geser - Gorom – Fakfak – Bula – Kobsadar – Wahai – Fanfanlap – Waigama (Misol) - Sorong pp.

Kepada Dhara Pos, Sabtu (25/7), salah satu  penumpang KM. Sabuk Nusantara 33 asal desa Dai, Akib Hanubun mengaku sangat kecewa dan marah dengan pelayanan yang diterimanya saat menggunakan kapal tersebut dalam pelayaran dari Geser menuju Ambon.

“Pelayanan yang kami terima di atas KM Sabuk Nusantara 33 benar-benar bobrok. Masa selama dalam perjalanan, kami sebagai penumpang diperlakukan seperti binatang peliharaan,” ungkapnya dengan nada kesal dan marah sesaat setibanya di kota Ambon, Sabtu (25/7)

Hanubun  menuturkan, sejak meninggalkan pulau Geser, penumpang sudah mengalami kesulitan. Sejumlah fasilitas di atas kapal ternyata tidak berfungsi, salah satunya Air Conditioner (AC).

“Penumpang yang berada di dalam ruangan-ruangan kapal benar-benar mengalami kepanasan yang luar biasa. Apalagi dengan jumlah penumpang yang sangat padat hampir tak ada tempat yang kosong baik di dalam maupun di bagian luar kapal. Kipas angin pun tak ada, benar-benar seperti hewan ternak kami dibuat mereka,” tuturnya.   

Parahnya lagi, lanjut Hanubun, bukan hanya AC yang tidak berfungsi. Begitu pula kamar mandi dan WC dimana yang berfungsi hanya satu dan dipakai bersama baik laki maupun perempuan, air tawar pun tidak ada.

“Kamar mandi dan WC hanya satu yang bisa dipakai, laki-laki dan perempuan bercampur jadi satu di dalam kamar mandi, itu pun tak ada airnya pula, jadi sampai dua hari tidak buang air. Bapak wartawan bisa membayangkan seperti apa kondisinya kalau laki-laki dan perempuan bersama dalam satu ruangan, makanya saya sangat kecewa dan marah atas pelayanan diatas kapal ini,” kecamnya sembari menunjukkan sejumlah bukti dokumentasi foto dan video yang sempat diambilnya.

Belum lagi, sampah-sampah yang berserakan di ruang-ruang kapal hingga ke kamar mandi tanpa pernah dibersihkan pelayan di kapal.   

“Benar-benar sangat jorok. Masih mending kapal Midun yang dulu pernah melayani masyarakat di Maluku ini. Walaupun memakan waktu lama untuk tiba di tempat tujuan namun dari segi pelayanan yang kami terima masih jauh lebih baik atau lebih manusiawi, Sedangkan sekarang ini, boleh dibilang kapal sudah canggih tapi kenyataannya benar-benar buruk pelayanannya,” sambungnya.

Kekecewaan Hanubun semakin memuncak saat mendapati para Anak Buah Kapal (ABK) sedang asyik bermain judi tanpa sekalipun memedulikan penumpang.

“Sudah begitu saya dapati mereka sedang asyik main judi. Mereka main judi sejak kapal lepas tali dari pulau Geser lalu berhenti saat merapat di Kelmuri. Lepas tali lagi dari Kelmur lalu judi lagi sampai Bemo baru berhenti begitu juga waktu menuju Ambon. Penumpang mau jadi apa, mereka tidak peduli sama sekali. Cuma saat mereka berjudi saya lupa foto dan videokan  mereka,” sesalnya kembali.

Salah satu hal lagi, beber Hanubun yang memicu kemarahannya, adalah lamanya waktu perjalanan dari Bemo ke Ambon yang normalnya memakan waktu 12 jam 27 menit ternyata sengaja diperlambat oleh Nahkoda kapal.

“Seharusnya kami sudah tiba Ambon sekitar jam 04.00 WIT tapi ternyata molor sampai jam 07.00 WIT. Setelah saya cari tahu, ternyata mereka sengaja perlambat kapal supaya dagangan di kafe kapal habis. Dan saya lihat sendiri, karena lapar akhirnya penumpang beli pop mie, kopi dan beberapa barang lainnya sampai habis sedangkan yang tersisa hanya Aqua beberapa botol. Padahal kondisi laut dari Bemo ke Ambon, teduh sekali. Makanya betul-betul kami kecewa sekali dengan pelayanan di kapal ini,” bebernya.

Bahkan, diakui Hanubun, masyarakat sudah sempat mau ribut di atas kapal namun dia meminta mereka untuk bersabar.

“Saya bilang ke mereka, kita tidak perlu ribut. Nanti sampai di Ambon saya akan sampaikan ini ke wartawan untuk angkat kasus ini di koran,” akuinya

Terkait itu, Hanubun menilai pimpinan PT. Pelayaran Dharma Indah selaku operator kapal tersebut hanya mencari duit saja tanpa mau tahu dengan pelayanan di atas kapal.

“Ini kan sudah jelas-jelas operator mata gobang (hanya cari untung saja-red) sehingga sesuka hatinya memperlakukan penumpang tanpa memedulikan aturan-aturan yang berlaku terkait tanggung jawab operator dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat,” nilainya.

Ketidaktegasan dan kelalaian pihak  pengawas transportasi laut, dalam hal ini Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas 1 Ambon terhadap operator dimaksud, ungkap Hanubun yang juga menjadi salah satu faktor sehingga terjadi seperti ini.

“Buktinya, para ABK yang bertugas di atas kapal itu kita tidak tahu apa dia memang punya kualifikasi sebagai pelaut atau hanyalah seorang tukang ojek yang diambil operator jadi ABK lalu dipekerjakan di atas kapal? Karena buktinya mereka hanya sibuk berjudi diatas kapal.

Seharusnya, dari KSOP harus memeriksa secara rutin atas persyaratan mereka yang akan naik kapal sebelum kapal berangkat.

“Kalau mereka rutin memantau dan mengawasi operator seperti ini maka tidak akan pernah terjadi Dan saya pastikan bahwa apa yang kami alami hari  ini juga sudah terjadi sebelum-sebelumnya cuma mungkin masyarakat saja yang tidak mengangkat hal ini kepada media. Turun dari kapal saja sudah capek, lelah boro-boro mau pikir angkat ke media,” cetusnya.

Di akhir kesempatan tersebut, Hanubun menghimbau kepada semua pihak dalam hal ini pengawas, operator pelayaran maupun pihak lainnya yang berkepentingan dengan masalah transportasi laut di Maluku ini agar bekerja profesional sehingga pelayanan yang diberikan kepada masyarakat sesuai janji Menteri Perhubungan RI.  

A.M. Marasabessy, MT 
Terkait masalah ini, ketika dikonfirmasi Rabu (29/7), Kepala Bidang Keselamatan Pelayaran KSOP Kls I Ambon, A. Muis Marasabessy, ST  berjanji akan segera memanggil operator KM. Sabuk Nusantara 33 untuk membahas laporan masyarakat.

“Pelayanan publik khususnya transportasi laut jangan sampai mengabaikan rambu-rambu yang sudah ditetapkan. Makanya dengan adanya laporan masyarakat seperti ini, kami akan segera memanggil pihak operator untuk membahas persoalan ini,” cetusnya.

Bahkan, jika pelanggaran yang terjadi sangat fatal maka izin operator tersebut bisa dicabut.

Sementara itu, salah satu sumber di Kantor KSOP kepada Dhara Pos, mengungkapkan sejak kapal tiba di pelabuhan Yos Sudarso Ambon pihaknya langsung menerima SMS pengaduan dari salah satu penumpang yang ikut dalam perjalanan KM Sabuk Nusantara 33 saat itu.

“SMS itu langsung kami teruskan ke pimpinan kami, ke pusat (Dirjen-red), dan juga operator kapal tersebut. Tinggal kita menunggu tindak lanjutnya saja,” tegasnya.

Sumber mendesak, hal-hal seperti ini sudah sepantasnya diekspos ke publik supaya ada teguran, sanksi bahkan bila perlu dicabut izinnya karena sudah tidak sesuai dengan aturan.

Sementara itu, pimpinan PT. Pelayaran Dharma Indah atau yang mewakili, sampai berita ini dimuat tidak berhasil dikonfirmasi Dhara Pos hingga Kamis (30/7). Terkesan para petinggi diperusahaan tersebut sengaja menghindar ketika hendak dikonfirmasi wartawan. 

Bahkan ketika kru Dhara Pos meminta nomor Hp salah satu pimpinan, karyawati bagian resepsionis pun mengaku tidak ada.


(dp-16) 
Share it:

Utama

Masukan Komentar Anda:

1 comments:

  1. klau mesin lambat diturunkan rpmnya tu biar bisa kencing alias bisa jual minyak hhhhh

    BalasHapus

terima kasih telah memberikan komentar

Berita Pilihan Redaksi